Senin, 13 Oktober 2014

TERPENOID

BAB II ISI 2.1 Pengertian Terpenoid Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40). Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organic yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid (atom C 10) dan seskuiterpenoid (atom C 15). Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. 2.2 Biosintesis Senyawa Terpenoid Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalamproduk alami yang diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalammodel kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolism asamasetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun reaksinya adalah sebagaiberikut: Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu: 1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. 2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid. 3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid. Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat. Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen. Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula. Bila reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya. Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa monoterpen dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat dengan isopentenil pirofosfat. Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n. Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n. Nama Rumus Sumber Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri Diterpen C20H32 Resin Pinus Triterpen C30H48 Saponin, Damar Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten Politerpen (C5H8)n n 8 Karet Alam Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”. 2.3 Pengertian Senyawa-senyawa Terpenoid a. Monoterpenoid Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui. Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene. Stuktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersialyang banyak diperdagangkan. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerasi. Ketiga alcohol ini yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi menghasilkan sitronelal. Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder. Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang banayak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan salah satu bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoid mengikuti suatu sistematika tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon suatu monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi suatu senyawa aromatik (aromatisasi). Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi senyawa lain yang telah diketahui strukturnya. Dengan kata lain saling mengaitkan gugus fungsi senyawa lain yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur sutau senyawa akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari sutau senyawa yang diketahui strukturnya. Contoh senyawa terpenoid: • Monoterpenoid Asiklik Biosynthetically, pirofosfat isopentenil dan pirofosfat dimethylallyl digabungkan untuk membentuk geranyl pirofosfat. Geranyl pirofosfat • Monoterpenoid Monosiklik Selain lampiran linier, unit isoprena dapat membuat koneksi untuk membentuk cincin.Ukuran cincin yang paling umum dalam monoterpen adalah cincin beranggota enam.Sebuah contoh klasik adalah siklisasi pirofosfat geranyl untuk membentuk limonene. • Monoterpenoid Bisiklik Pirofosfat Geranyl juga dapat mengalami reaksi siklisasi dua berurutan untuk membentukmonoterpen bisiklik, seperti pinene yang merupakan konstituen utama dari getah pinus. b. Seskuiterpenoid Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol. c. Diterpenoid Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan dibangun oleh 4 unit isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik. Senyawa ini dapat ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan laut seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca, alga coklat seperti Sargassum duplicatum serta dari golongan Coelenterata. Tata nama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial. d. Triterpenoid Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom karbon. Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati (minyak zaitun)dan ada juga ditemukandalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum adalah pada tumbuhan berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid telah digunakan sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Struktur terpenoida yang bermacam ragam timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-, farnesil-, dan geranil-geranil pirofosfat. e. Tetraterpenoid Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul tetraterpenoid adalah C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid. Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna kuning, oranye dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam, buah tomat, dan biji kelapa sawit. f. Polyterpenoid Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5) dan dari konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Polyterpenoid merupakan senyawa penghasil karet. Terpenoid Tidak Teratur 2.4 Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid A. Isolasi Terpenoid Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam hayati pada dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti yang diaplikasikan dalam proses industri. Metode pengempaan digunakan pada senyawa katecin dari daun gambir juga isolasi CPO dari buah kelapa sawit. Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh dengan kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan alam hasil proses metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya dengan kandungan yang relatif kecil, maka metode-metode dalam proses industri tersebut tidak dapat digunakan. Berdasarkan hal diatas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa metabolit sekunder dapat digunakan. Metode standar laboratorium dengan kuantitas sampel terbatas dan perlunya menentukan metode yang paling sesuai dengan maksud tersebut. Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan sehingga untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar. 1. Identifikasi Kandungan Kimia Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. untuk tujuan tersebut maka diperlukan metoda persiapan sampel dan metoda identifikasi pendahuluan dari senyawa metabolit sekunder, yaitu untuk mengetahui adanya Senyawa Alkaloid dan Senyawa Terpenoid, steroid, fenolik, flavonoid dan saponin. 2. Ekstraksi dan fraksinasi Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tunbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi menggunakan pelarut organik polar seperti metanol. Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan antara lain: Maserasi, Perkolasi, Sokletasi, Destilasi Uap, Pengempaan. Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi. Ø Sekletasi Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri. Ø Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C. suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Muller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri. Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. 2.5 Kegunaan Terpenoid Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain : a. Fitoaleksin Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV. b. Insect antifectan, repellant c. Pertahanan tubuh dari herbifora d. Feromon Hormon tumbuhan. Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina.  Selain kegunaan diatas juga mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin) 2. sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum(monoterpenoid) 3. sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,kerusakan hati dan malaria(triterpenoid). 4. sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid) 5. Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhantanamandanpemanis(seskuiterpenoid) 6. penghasilkaret(politerpenoid) 7. Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai pigmendalamfotosintesis 8. Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan 9. Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga. 10. Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks pada fungus. 2.6 Simplisia yang mengandung senyawa Terpenoid 1. KULIT JAMBU AIR (SYZYGII AQUEUI CORTEX) Kulit jambu air adalah kulit dahan Syzigium aqueum (Burm.f) Alst., sinonim Eugenia aquea Burm.f., Jambosa subsesessilis Miqynag telah dibuang sebagian besar lapisan gabusnya, suku Myrtaceae. Pemerian, warna coklat keabuan, bau agak harum, mula-mula tidak berasa lama-lama agak kelat. Makroskopik potongan –potongan kulit panjang dan lebar bervariasi. umumnya agak menggulung. Permukaan luar coklat muda keabuan, kulit yang bergabus warna coklat tua keabuan dengan garis-garis halus membujur tidak beraturan. permukaan dalam rata dan berserabut warna coklat lebih muda, bekas patahan agak rata. Mikroskopik, pada penampang melintang kulit batang tampak jaringan gabusterdiri dari beberapa lapis sel, dinding tebal mengandung suberin pada pengamatan tangensial sel berbentuk poligonal. Parenkim korteks dinding sel tipisberisi sedikit butir pati. Pada korteks terdapat kelompok sel batu, berdinding tebal, bernoktah, lumen lebar dan kelopak serabutsklerenkim, panjang , dinding tebal, lumen sempit. Floem terdiri dari sel parenkim floem mengandung butir pati, kristal kalsium oksalat, bentuk roset jari-jari empulur terdiri dari 1-2 lapis sel. Serbuk berwarna cokelat muda. Fragmen pengenal adalah fragmen gabus bentuk poligonal dinding tebal berlapis-lapis, fragmen parenkim berdinding tipis dengan kelompom sel batu, fragmen serabut sklerenkim, fragmen jari-jari empulur, butir pati dan kristal kalsium oksalat bentuk roset. identifikasi a. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat hitam b. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna coklat c. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam klorida P: terjadi warna coklat d. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam asetat encer P: terjadi warna coklat kuning e. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna coklat merah f. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5%: terjadi warna biru hitam g. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam h. 1 g serbuk kulit dahan maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah violet i. Pada 1 g serbuk kulit dahan tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, ambil 5ml filtrat tmbahkan serbuk magnesium, 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol Pkocok hingga warna amil alkohol kekuningan j. Pada 1 g serbuk kulit dahan tambahkan 10ml air panas didihkan selama 14 menit, dinginkan saring, kedalam filtrat tambahkan larutan besi (III) klorida 1% b/v: waran biru kehitaman k. Timbang 300mg serbuk kulit dahan campur dengan 5ml etanol l. Panaskan dengan penangas air selama 2 menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: No hRx Dengan Sinar Biasa Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 198-208 - - - Fluoresensi kuning muda jingga Fluoresensi kuning hijau Fluoresensi kuning hijau Fluoresensi kuning hijau Jingga 2 236-246 - 3 264-274 - 4 280-290 - catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 5% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 8,5% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 6% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: saponin, tanin 11,5%, flavonoid, kuionon, steroid/terpenoid. Penggunaan: diare, astringen 2. RIMPANG LEMPUYANG PAHIT (ZINGIBERIS LITORALIS RHIZOMA) Rimpang lempuyang pahit adalah rimpang Zingiber littorale Val. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,6% v/b. Pemerian : bau aromatik khas, rasa pahit. Makroskopis : kepingan pipih, ringan, bentuk tidak beraturan, tebal sampai 5mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, berwarna kuning pucat kecoklatan. Bidang irisan berwarna lebih muda dari permukaan luar. Korteks sempit, lebar kurang lebih 2mm, bekas patahan tidak rata, berserat. Mikroskopik : epidermis terdiri dari sel-sel pipih terentang tengensial. Hipodermis berupa jaringan berdinding titip. Dibawahnya terdapat peridem yang terdiri dari beberapa lapis sel gabus berbentuk persegi panjang berdinding tipis. Dibawah peridem terdapat parenkim korteks berdinding tipis berisi butiran-butiran pati. Butir pati umumnya tunggal, bentuk bulat telur memanjang tidak beraturan, lamela tidak jelas. Endodermis terdiri dari sel-sel kecil memanjang, dinding tipis, tidak terdapat butir pati. Silinder pusat terdiri dari parinkem serupa dengan sel parinkem korteks, juga terdapat sel sekresi berisi minyak seperti pada parinkem korteks. Serbuk: warna kuning coklat, fragmen pengenal adalah butir pati, sel sekresi berisi minyak, pembuluh kayu berpenebalan jala dan tangga, serabut sklerenkim dan parenkim. Penetapan kadar : • Kadar abu tidak lebih dari 4,8% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 2,7% • Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 14,5% • Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 6,2% • Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. Isi simplisia : minyak atsiri 0,6% dengan komponen utama seskuiterpenketon. Penggunaan simplisia : sebagai stomakikum. 3. DAUN SIDAGURI (SIDAE FOLIUM) Daun Sidaguri adalah daun Sida rhumbitalia L. sinonim S. retusa L. suku Malvaceae pemerian: warna hijau terang tidak berbau dan berasa makroskopik: bentuk daun bagian ujung membundar, dan panjang bawah daun meruncing, tepi daun tidak rata atau bergerigi, umumnya berbentuk jajaran genjang, bagian bawah hijau pucat atau hijau abu-abu, ibu tulang daun membagi daun menjadi sama besar, anak tulang daun pertama mencapai tulang daun, pada bagian atas daun tulang daun seperti alur, sedangkan pada bagian bawah daun anak tulang daun menonjol keluar. Mikroskopik: pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis terdiri dari satu lapis sel, bentuk empat persegi panjang. Pada epidermis atas terdapat rambut penutup bentuk bintang terdiri dari 3-8 sel. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang, pada pandangan tangensial berbentuk poligonaldinding samping agak berkelok-kelok, rambut penutup serupa dengan rambut penutup pada epidermis atas stomata tipe anomasitikdengan 3-4 sel tetangga. jaringan palisade terdiri dari selapis sel silindrik panjang berisi banyak butir klorofil. jaringan bunga karang terdiri dari sel dengan ukuran tidak sama, kadang-kadang terdapat ruang antar sel, mengandung butir hijau daun pada jaringan bunga karang terdapat ronggo lisigen. Beberapa sel parenkim berisi kristal kalsium oksalat berbentuk roset. Pada tulang daun tampak sel kolenkim dibawah epidermis atas dan bawah. Diantara floem dan parenkim trrdapat serbuk sel parenkim: berkas pengankut tipe kolateral. serbuk; warna hijau kecoklatan. fragmen pengenal adalah rambut penutup bentuk bintang, fragmen mesofil fragmen epidermis dengan stomata. kristal kalsium oksalat berbentuk roset. Identifikasi a. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P: warna coklat kehitaman b. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N P: warna coklat c. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amoniak (25%) P: warna kuning d. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes NaOH P 5% b/v dalam etanol P: warna kuning e. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes kalium hidroksida P 5% b/v: warna kuning f. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes besi (III) klorida P 5% b/v: warna kuning g. Timbang 100mg serbuk daun panaskan dengan 5ml HCl P; warna coklat merah h. Pada 1g serbuk daun tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring ambil 5ml filtrat tambahkan serbuk magnesium 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol P warna amil alkohol kuning jingga i. Timbang 300mg serbuk daun campur dengan 5ml metanol P panaskan dengan penangas air selama 2menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan Sinar biasa Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 2 3 96-108 260-270 278-288 - Hijau Hijau kekuningan - Hijau Hijau Hijau lumut Jingga Jingga Hijau Jingga Jingga catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 8% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 7% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3,5% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: tanin 26%, flavonoid, alkaloid, leucoantosianidin, steroid/terpenoid. Penggunaan: diaforetik, antipiretik, penyakit kulit. 4. KULIT BUAH PALA (MYRISTICAE PERICARPIUM) Kulit buah pala adalah kulit buah Myristica fragans Houtt. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 27% v/b. Pemerian : bau khas aromatik, rasa agak pedas dan menimbulkan tebal di lidah. Makroskopik : kulit buah pada keadaan segar sangat tebal,tebal lebih kurang 1cm, permukaan luar licin tidak mengkilat,warnakuning muda kehijauan sampai kunng kecoklatan, bagian dalam lunak, banyak mengandung minyak, getah dan air, warna kuning muda sampai kuning muda kecoklatan. Pada keadaan kering kulit sangat keras, tebal lebih kurang 0,5 cm, permukaan luar maupun dalam berwarna coklat sampai coklat kehitaman, permukaan luar berkerut-kerut dan mempunyai lipatan-lipatan tak beraturan, kulit buah terlihat alur longitudinal yang sangat dalam, sehingga memberi gambaran seakan-akan buah terdiri dari dua truang, bila buah agak kering, perikarp terbelah tepat pada alur longitudinal. Mikroskopik : epikarp terdiri dari selaput sel berbentuk memanjang, pipih, dinding tangensial luar dan dinding radial tebal, warna kuning kecoklatan, agak berlignin poligonal, dinding samping agak tebal. Mesokarp terdiri dari 3 macam jaringan, paling luar jaringan skelerenkimatik yang terdiri dari 3 macam jaringan 7 lapis sel batu berbentuk tidak beraturan atau agak bercabang,dinding sangat tebal berlapis-lapis, berlignin. Penetapan kadar : • Kadar abu.tidak lebih dari 4% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 0,5 % • Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 16% • Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4,5% • Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Isi simplisia : minyak atsiri terutama monofen (kamfen), sinen, diterpen, pinen, linalool, borneol, terpeneol, eugenol, miristen, isoegenol, minyak lemak. Penggunaan : sebagai karminatif dan aromatik. 5. HERBA KROKOT ( PORTULACAE HERBA) Herba krokot adalah bagian tanaman diatas tanah dari Portulaca oleracca L, suku Portulacaceae Pemerian : warna kecoklatan atau coklat tua, tidak berbau dan tidak berasa Makroskopik: Daun tunggal tersebar atau berhadapan, umumnya rontok, dalam keadaan segar berdaging warna hijau,. Helaian daun bentuk bundar telur terbalik, ujung dan pangkal tompul (membundar), panjang helaian sampai 10mm, lebar 4mm. Batang bercabang pendek, bentuk serupa benang-benang bergaris tengah lebih kurang 1,5mm, warna coklat kelabu. Buah berupa buah kotak, panjang 4mm, warna coklat muda pucat, bagian kulit buah terdapat pada ujung cabang atau lepas. Biji banyak warna kehitaman, bentuk bundar, garis tengah lebih kurang 1mm. Mikroskopik: Daun, epidermis atas terdiri dari selapis sel berbentuk empat persegi panjang pada pengamatan tangensial berbentuk poligonal. Epidermis bawah serupa dengan epidermis atas. Mesofil hanya berupa jaringan bunga karang, beberapa sel berisi kristal kalsium oksalat bentuk roset. Bekas pembuluh tipe kolateral, dikelilingi oleh seludang parenkim. Stomata tipe parasitik. Batang: epidermis terdiri dari sel kecil bentuk empat segi panjang. Korteks terdiri dari parenkim ukuran sel besar makin kedalam makin kecil. beberapa sel berisi kristal kalsium oksalat bentuk roset. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar pada bagian dalam korteks. Empulur terdiri dari sel parenkimatik, beberapa sel berisis kristal kalsium oksalat bentuk roset. Serbuk; warna hijau kecoklatan, fragmen pengenal adalah epidermis dengan stomata tipe parasitik, fragmen mesofil dengan trakea dan kristal kalsium oksalat bentuk roset, fragmen trakea batang, fragmen batang dimana beberapa selnya berisi kristal kalsium oksalat bentuk roset, butir-butir pollen (tepung sari/serbuk sari), endokarp, kulit buah. a. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna hitam b. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna bintik-bintik hitam c. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam klorida P: terjadi warna hitam d. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna kuning e. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% dalam etanol P: terjadi warna kuning f. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna kuning g. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna hijau kuning h. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v : terjadi warna hijau kuning i. Timbang 1 g serbuk herba maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah hijau j. Timbang 300mg serbuk kulit dahan campur dengan 5ml metanol P, Panaskan dengan penangas air selama 2 menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl zat warna 1LP. Elusi dengan dikloroetana P dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan anilsaldehida-asam silfat LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 2 3 4 5 6 12-16 30-35 39-43 58-63 68-71 109-114 - Hijau muda - - - - - - Coklat kemerahan Coklat kemerahan - - Jingga Jingga - - - - - Kuning Jingga Floresensi hijau muda Floresensi kuning kehijauan Floresensi kuning kehijauan Jingga floresensi hijau muda catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 18% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 9% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 5,5% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: saponin, steroid/triterpenoid, karoten, vit.C, B1, B2, Ca, Mg, asam organik, glikosida glikoretin Penggunaan: obat gatal, memperbaiki pencernaan 6. DAUN SIRIH (PIPERIS FOLIUM) Daun sirih adalah daun piper betle L. Pemerian : bau aromatik khas, rasa pedas, khas. Makroskopis : daun tunggal, warna coklat kehijauan sampai coklat. Heleian daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit, pinggir daun rata agak menggulung kebawah, panjang 5cm sampai 18,5 cm , lebar 3cm sampai 12cm, permukaan atas rata, licin agak mengkilat, tulang daun agak tenggelam, permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol, permukaan atas berwarna lebih tua dari permukaan bawah. Tangkai daun bulat, warna coklat kehijauan, panjang 1,5 cm sampai 8cm. Mikroskopik : epidermis atas terdiri dari satu lapis sel,bentuk persegi empat, kutikula tebal licin, pada pengamatan tangensial tampak berbentuk poligonal dengandinding samping agak berombak. Pada kedua permukaan daun terdapat rambut penutup dan rambut kelenjar. Rambut pada epidermis terdiri dari satusel,berbentuk kerucut pendek, ujung runcing, dinding tebal, kutikula licin. Rambut kelenjar mempunyai kepala kelenjar bersel satu,bentuk bulat. Hipodermis terdapat pada kedua permukaan daun hipodermis atas umumnya terdiri dari dualapis sel, hipodermis bawah umumnya satu lapis, sel hipodermis berbentuk persegi empat, besar, jernih tersusun rapat, pada hipodermis terdapat sel minyak berisi minyak atsiri berwarna kekuningan. Jaringan palidase terdiri dari 1 lapis sel, terletak dibawah hipodermis atas, mengandung banyak butir hijau daun, juga terdapat sel minyak seperti sel minyak pada hipodermis. Jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapis sel, bentuk sel tidak beraturan, tersusun agak mendatar sel minyak seperti pada palisade. Berkas pembuluh tipe kolateral, daiantra jaringan floem terdapat sel minyak. Diatas berkas sel pembuluh pada tulang daun umumnya terdapat saluran sizogen, parinkem yang sederet dengan palidase terdapat banyak butiran hijau daun,terdapat juga sel hablur bentuk prisma yang tidak larut pada penambahan asam klorida pekat. Serbuk : warna hijau kecoklatan, fragmen pengenal adalah fragmen permukaan daun bagian bawah,fragmen permukaan daunbagian atas, fragmen epidermis atas dan epidermis bawah,fragmen mesofil, fragmen pembuluh kayu. Penetapan kadar : • kadar abu. Tidak lebih dari 14% • kadar abu tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 7% • kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 14% • kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4,5% • bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. Isi simplisia : minyak atsiri mengandung hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvokrol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, tanin. Penggunaan : antisariawan, antibatuk, adstringen, antiseptik. 7. BUAH PARE (MOMORDICAE FRUCTUS) Buah pare adalah buah Momordica charantia L, suku Cucurbitaceae Pemerian warna coklat bau langu rasa pahit Makroskopik, simplisia terdiri dari irisan melintang buah berbentuk cincin atau gelang dengan tepi tidak rata dan tidak beraturan, diameter 1,5cm sampai 5cm, tebal 3mm sampai 5mm warna coklat kekuningan bagian luar warnanya lebih tua dibandingkan bagian dalam Mikroskopik: Pada penampnag melintang tampak daging buah terdiri dari endokarp mesokarp dan eksokarp. Eksokarp terdiri dari satu lapis sel epidermis bentuk segiempat. Pada epidermis terdapat kutikula dan rambut kelenjar terdiri dari dua sel tangkai dan tiga sel kepala. Dibawah epidermis terdapat lapisan kolenkim terdiri dari sel berbentuk poligonal atau bundar dengan ukuran lebih besar dari sel epidermis. Bagian ini mengandung kloroplas sehingga berwarna hijau. Bagian mesokarp terdiri dari sel parenkim bentuk poligonal makin kedalam ukurannya makin besar, mengandung kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan resin. Bagian endokarp terdiri dari sel parenkim panjang-panjang serabut dan berkas pembuluh. Pada bagian dalam endokarp terdapat jaringan berasal dari daun buah terdiri sari sel bentuk bundar, berdinding tebal dengan ruang antar sel bentuk segitiga. Pada sayatan paradermal nampak epidermis bentuk poligonal hampir bundar dan sel yang mengandung resin. Serbuk: warna putih kecoklatan, bau khas dan rasanya pahit. Fragmen pengenal adalah sel epidermis tampak paradermal bentuk poligonal hampir bundar. Sel parenkim mesokarp berbentuk poligonal dengan sel mengandung resin berwarna kuning coklat. Sel parenkim endokarp bentuk bundar berdinding tebal dengan ruang antar sel berbentuk segitiga, fragmen serabut dan trakea penebalan bentuk spiral rambut kelenjar dan kristal oksalat. identifikasi a. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat b. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes asam nitrat P: terjadi warna kuning c. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes asam nitrat P 25% v/v: terjadi warna kuning d. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes amonia 25% P: terjadi warna kuning e. Timbang 1g serbuk buah tambahkan 100ml air panas, didihkan selama 5 menit, saring. Filtrat kocok vertikal didalam tabung reaksi biarkan 10 detik sampai 10menit. Terbentuk busa stabil setinggi 1cm. f. Timbang 500mg serbuk buah maserasi dengan 10ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat pekat P: terjadi warna ungu hijau g. Timbang 500mg serbuk buah tambahkan 1ml asam klorida 2N dan 9ml air, panaskan diatas penangas air selama 2 menit, saring. masing-masing pada 3 tetes filtrat diatas kaca arloji tambahkan dua tetes Bouchardat LP, terbentuk endapan coklat, tambahkan Mayer LP terbentuk endapan putih sisa filtrat kocok dengan 3ml amonia P dan 10 ml campuran. Ambil fase organik tambahkan natrium sulfat anhidrat P saring. Uapkan filtrat diatas penangas air. Larutkan sisa dengan HCl 2N. Pada masing-masing 3 tetes larutan tambah asam fossomolidat P terbentuk endapan putih, tambah Bouchardat LP terbentuk endapan coklat, tambahkan Mayer LP terbentuk endapan putih, tambahkan Dragendorff LP, terbentuk endapan coklat hitam, tambah Hager LP terbentuk endapan putih kuning. h. Timbang 500mg serbuk buah tambahkan 1ml HCl 2N dan 9ml air. Panaskan diatas penangas air selama 2menit, dinginkan dan saring. filtrat kocok dengan 3ml amonia P dan 10ml campuran 3 bagian eter P dan 1 bagian kloroform P. Ambil fase organik. tambhkan natrium sulfat anhidrat P saring. uapkan filtrat diatas penangas air residu larutkan dengan metanol secukupnya sehingga diperoleh 5ml larutan. pada titik pertama dan kedua dari lempeng KLT totolkan 20μl dan 10μl larutan pembanding stiknina dalam metanol P. Elusi dengan campuran: kloroform P – dietilamin P (90+10) dengan jarak rambat 15cm, amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366nm. Semprot lempeng dengan Dragendroff LP, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366nm. Pada kromatogram tampak bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut : NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 8-11 Kuning Jingga Kuning, jingga - 2 14-16 Kuning Jingga Kuning, jingga - 3 43-42 - - Biru Biru ungu 4 98-101 - - Kuning - 5 102-105 - Jingga - - catatan: harga hRx dihitung terhadap warna jingga dari kromatogram pembanding striknina nitrat. Kadar abu tidak lebih dari 10,5% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 0,5% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 8,5% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 2% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: Alkaloid momordisisn, karoten, glikosida, saponin, sterol/terpen Penggunaan: obat kencing manis (antidiabetes) 8. DAUN ALAMANDA ( ALAMANDAE FOLIUM) Daun alamanda adalah daun Allamanda cathartica L. Suku apocynaceae. Pemerian : tidak berbau dan rasa pahit Makroskopik : daun tunggal, berwarna coklatkehijauan, helaian daunberbentuk lanset, panjang 10cm sampai 20cm,lebar 2cm sampai 6cm, ujung daun meruncing, pangkal daun agak meruncing, pinggir rata, permukaan daun halus agak mengkilat, daun bertangkai pendek. Mikroskopis : pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis terdiri dari satu sel berbentuk empat persegi panjang, epidermis bawah terdiri dari satu sel lapis sel juga berbentuk empat persegi panjang, stomata hanya terdapat pada epidermis bawah. Rambut penutup berbentuk kerucut panjang, bersel tunggal, kutikula tebal, terdapat pada epidermis bawah. Mesofil meliputi jaringan palidase terdiri dari satu lapis sel, jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapis sel bentuk tidak beraturan, berongga. Saluran getah terdapat dekat tidak beraturan, berongga. Saluran getah terdapat dekat dengan berkas pembuluh. Berkas pembuluh tipe kolateral, pada sayatan paradermal tampak epidermis berbentuk poligonal, dinding antiklinal agak berombak, stomata tipe parasitik. Serbuk : berwarna hijau tua, fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan palidase dan artefak, epidermis bawah dengan stomata dan rambut kelenjar, rambut penutup, fragmen mesofil, trakca penebalan tangga, jala atau spiral. Penetapan kadar • Kadar abu. Tidak lebih dari 4% • Kadar sari larut dalam air. Tidak kurang dari 8% • Kadar sari larut dalam etanol. Tidak kurang dari 6% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1% • Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Isi simplisia : triterpenoid resin Pengguanaan : pencahar (purgatif), penyebab muntah (emetik). 9. DAUN PUTRI MALU (MIMOSAE PUDICAE FOLIUM) Daun putri malu adlah dau Mimosa pudica L, suku Mimosaceae Pemerian warna hijau kecoklatan sampai hijau keunguan, bau agak keras, mula-mula tidak berasa lama-lama timbul rasa tebal dilidah (anestesis) Makroskopik: Daun berupa daun majemuk menyirip genap, ganda dua dengan dua pasang cabang pada ibu tangkai daun. Anak daun tersusun menyirip dan melipat ke dalam sepanjang cabang hingga berupa sirip sebanyak 5 sampai 26 pasang, bentuk anak daun memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, pinggir rata, permukaan atas dan bawah licin, panjang 6 mm sampai 16mm, lebar 1mm sampai 3mm. Mikroskopik: Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, dinding tipis berkutikula tipis. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, lebih kecil dari epidermis atas. Pada sayatan paradermal tampak epidermis berbentuk poligonal, dinding bergelombang. terdapat stomata tipe parasitik. Mesofil meliputi jaringan tiang terdiri dari satu lapis. silindrik, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel. Berkas pembuluh tipe kolateral di kelilingi serabut sklerenkim berdinding tebal dan berlignin. Terdapat kristal kalsium oksalat bentuk prisma. Serbuk: warna hijau, fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata tipe parasitik, fragmen mesofil dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma, berkas pembuluh tipe kolateral, fragmen serabut sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat tua b. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna coklat muda c. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna coklat jingga d. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P: terjadi warna kuning e. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna kuning jingga f. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam g. 1 g serbuk daun tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, ambil 5ml filtrat tambahkan serbuk magnesium, 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol P kocok hingga warna amil alkohol merah h. 1g serbuk daun maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat P (pereaksi Libbermann Bouchard) terjadi warna merah violet tau hijau kemudian menjadi biru. i. Pada 100mg serbuk daun tambahkan 10ml air panas dididihkan , saring ambil 5ml filtrat tambahkan larutan besi (III) klorida 1% b/v menjadi hijau violet j. Timbang 300mg serbuk daun, campur dengan 5ml metanol P, panaskan dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan metanol P secukupnya hingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 2 3 4 5 6 70-80 92-102 114-128 116-180 262-272 276-286 - - - - Hijau Hijau kekuningan Kuning - - - Hijau Hijau Hijau lumut Hijau lumut - Hijau lumut Jingga Jingga Hijau Floresensi hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau Jingga Jingga catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 10% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 9% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 7% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: Tanin 6,8%, flavonoid, steroid/triterpenoid, sterol Penggunaan: Amara, anti inflamasi 10. DAUN JERUK PURUT (CITRIS HYSTRICIS FOLIUM) Daun jeruk purut adalah anak daun dari daun majemuk, citrus hystric DC., suku rutaceae. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 1% v/b. Pemerian : warna coklat kehijauan atau coklat kekuningan, bau khas, aromatik, harum, tidak berasa. Makroskopik : daun jeruk purut merupakan daun majemuk menyirip, beranak daun satu panjang daun 15cm lebar 6cm. Dalam keadaan segar berbau harum bila diremas. Permukaan atas daun agak mengkilat, permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau kekuningan, buram, kedua permukaan licin, banyak bintik-bintik kecil jernih. Helaian anak daun bentuk bundar terur samapai bundar telur memanjang atau lonjong, pangkal memundar atau tumpul, ujung tumpul samapai meruncing menumpuk agak terbelah, pinggir beringgit, ibu tangkai daun sebagian melebar hingga menyerupai helaian anak daun bentuk bundar telur terbaik sampai bentuk jantung terbaik memanjang, pangkal tumpul atau memundar, ujung memundar atau agak melekuk, panjang bagian melebar sampai 7cm, lebar sampai 5cm, panjang ibu tangkai yang melebar sampai 7mm. Mikroskopik : pada penampangan melintang melaui tulang daun tampang epidermis atas terdiri dari satu lapisan sel bentuk segiempat memanjang, terdapat lapisan kutikula, epidermis bawah terdiri dari satu lapisan sel serupa dengan sel epidermis atas dengan ukuran lebih kecil, terdapat stomata. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari dua lapisan sel, bentuk silinderik. Tersusun agak rapat,terdapat kristalkalsium oksalat, bentuk prisma. Rongga minyak bentuk skizolisigen dan terdapat banyak dibagian atas daun, jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapisan sel, bentuk poligonal, berkas pembuluh tipe kolateral, dikelilingi serabut poligonal. Dinding antiklinal rata, epidermis bahwa bentuk poligonal, dinding antiklinal agak berombak , stomata tipe parasitik.Serbuk : warna hijau. Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan kristal kalsium oksalat bentukprisma dan rongga minyak skizolisigen, epidermis bawah dengan stomata tipe parasitik, serabut sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma. Penetapan kadar : • Kadar abu tidak lebih dari 9% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1% • Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 5% • Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Isi simplisia : tanin 1,8%, steroid/triterpenoid, minyak atsiri 1-1,5% v/b. Penggunaan : stimulan , penyegar. 11. DAUN MINDI (MELIAE FOLIUM) Daun Mindi adalah anak dau Melia azadarach L, suku Meliaceae. Pemerian warna hijau , hijau kekuningan, hijau kecoklatan tidak berbau , rasa agak pahit Makroskopik: Helaian anak daun bentuk asimetrik, lanset sampai jorong, bundar telur sampai memanjang, tepi bergerigi, ujung runcing sampai meruncing, panjang 1,75 cm, lebar 0,75cm sampai 3,5cm, permukaan atas dan bawah licin. Mikroskopik: Pada penampang melintang melalui tulang daun, tampak epidermis atas terdiri dari selapis sel bentuk empat persegi panjang, kutikula agak tebal, pada pengamatan tangensial bentuk poligonal dengan dinding agak berbelok-belok, terdapat rambut penutup terdiri dari satu sel bentuk kerucut. Epidermis bawah terdiri dari satu sel bentuk serupa dengan epidermis atas terdapat stomata tipe anomositik dan rambut penutup terdiri dari satu sel. Jaringan palisade terdiri atas selapis sel silindrik, mengandung kristal kalsium oksalat bentuk roset kadang-kadang dalam satu sel terdapat beberapa kristal. Jaringan bunga karang terdiri dari sel bentuk hampir bundar, dengan ruang antar sel yang lebar diantaranyaterdapat sel dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset. Pada tulang daun terdapat jaringan kolenkim dibawah epidermis atas dan bawah. Berkas pembuluh tipe bikolateral, parenkim berisi kristal kalsium oksalat berbentuk roset. Serbuk: warna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah epidermis dengan stomata tipe anomositik, rambut penutup terdiri dari satu sel, fragmen mesofil dengan beberapa sel berisi kristal kalsium bentuk roset dan fragmen berkas pengankut dengan penebalan spiral. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat hitam b. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna coklat c. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asamklorida pekat P: warna kuning pucat d. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam asetat encer P: warna kuning coklat e. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna kuning f. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P: terjadi warna kuning g. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna coklat h. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam i. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v: terjadi warna kuning coklat j. 1 g serbuk daun tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, ambil 5ml filtrat tambahkan serbuk magnesium, 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol P kocok hingga warna amil alkohol merah kekuningan k. Timbang 300mg serbuk daun, campur dengan 5ml metanol P, panaskan dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan metanol P secukupnya hingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: No hRx Dengan Sinar Biasa Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 96-108 - - Hijau lumut Floresensi ungu Jingga Jingga Hijau Fluoresensi ungu Jingga Jingga 2 236-248 - - 3 256-264 Hijau Hijau 4 272-284 Hijau kekuningan Hijau catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 8% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 10% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 9% Isi: Alkaloid P-isina, senyawa flavonoid rutin, nidin, okidin, okinal, saponin, tanin 1,4%, steroid/triterpenoid Penggunaan: Obat penyakit kulit 12. PATIKAN KEBO (HIRTATE HERBA) Herba patikan kebo adalah tanaman eurpobia hirta L.seluruhnya. Pemerian,bau lemah; rasa agak pahit. Makroskopik. Akar utama adalah akar tunggang, bagian yang tertebal bergaris tengah lebih kurang 5 umumnya rapuh dan mudah patah warna hijau tua sampai hijau kelabu , bentuk jorong meruncing sampai tumpul atau berbentuk bundar panjang dengan pangkal tidak sama ;permukaan atas dan bawah berambut, panjang helai daun 0,5 cm sampai 5 cm, lebar 0,5 cm sampai 2,5 cm,tepi daun bergigi . bunga kecil ,bergerombol dalam karangan berbentuk bola yang bergaris tengah lebih kurang 1 cm. buah berongga tiga ,panjang 1mm sampai 2 mm,garis tengah lebih kurang 1mm.biji berjumlah tiga bersisi empat , berwar coklat kemerahan . Mikroskopik batang : sel epidemis berwarna kekuningan, kutikula berbintik. Pada epidemis terdapat banyak rambut , rambut dapat dibedakan menjadi 2 tipe. Rambut tipe berwarna kuning sampai kuning kecoklatan, bentuk kerucut , terdiri dari 2 sel sampai 12 sel,dinding tebal, kutikula kasar, jelas berbintik. Rambut tipe kedua tidak berwarna, bentuk kerucut melengkung, terdiri dari 2 sel sampai 7 sel, dinding lebih tipis, kutikula berbintik halus; pangkal rambut pertama 3 sampai 6 kali lebar pangkal rambut tipe kedua. Korteks parenkimatik;saluran getah tersebar dalam jaringan korteks dan floem.berkas pembuluh kolaterai; xilem tersusun dalam lingkaran,pembuluh kayu bergaris tengah lebih kurang µm,disebelah luar floem terdapat serabut persikel. Pada batang yang lebih tua jaringan parenkim empulur teroyak akar:dibawah epidemis terdapat beberapa sel gabus yang dengan penambahan larutan sudan III berwarna merah ; hamper bagian pertengahan dari akar terdapat ikatan xilem dan floem. Pada perenkim korteks, floem dan empulur terdapat getah daun :epidemis terdiri 1lapis sel-sel besar, pada pandangan tangensial tampakmdinding samping bergelombang. Stomata tipe anomositik(ranunculaceac). Jaringan plasade terdiri dari 1 lapis sel yang tidak sama tinggi.berkas pembuluh tipe kolateral ,terdapat dibawah jaringan palisade dan diantara jaringan bungakarang , berkas pembuluh jelas dikelilingi oleh soatu seludang yang terdiri dari satu sel besar berdinding tipis dan berisi hijau daun. Epidemis dibawah berpenonjolan serupa papil pada penampang tangensial berbentuk poligonal dengan dinding samping lurus, kutikula tipis. Stomata seperti pada epidermis atas panjang 170 μm sampai 200μm. Rambut penutup terdiri dari 3 sel sampai 7 sel, panjang 250μm sampai 630μm. Kutikula rambut jelas berbintik. Buah: kulit buah mempunyai epidermis berpapil dan berambut, dinding tipis kutikula jelas berbintik lapisan yang terdiri dari sel-sel berbentuk serabut pendek, berlignin, tersusun tangensial, lapisan serupa palisade jernih, dinding tipis tersusun radial, lapisan yang terdiri dari sel-sel berbentuk serabut pendek dengan ujung membulat, berlignin, tersusun tangensial. Biji: didalam kulit terdapat 1 lapis sel-sel kecil berbentuk poligonal, dinding tebal warna kuning kecoklatan. Sel-sel endospermkecil berdinding tipis. Serbuk: warna hijau sampai hijau kelabu. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas dan bawah. stomata tipe anomositik yang terdapat pada kedua epidermis: rambut penutup dengan kutikula berbintik, kadang beberapa sel berkerut atau berputar, fragmen mesofil dengan seludang parenkim di sekitar berkas pembuluh; fragmen kulit buah; fragmen kulit biji berwarna kecoklatan; fragmen saluran getah; pembuluh kayu berpenebalan spiral; tangga dan pembulu bernoktah. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat hijau b. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam klorida pekat P: terjadi warna coklat merah c. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% P b/v: terjadi warna coklat merah d. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna coklat merah e. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna hijau coklat f. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam g. Timbang 1 g serbuk herba maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah hijau h. Timbang 500mg serbuk herba campur dengan 5ml metanol P, Panaskan dengan penangas air selama 2 menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT silika gel GF254 P totolkan 20 μl dan 5μl zat warna 2LP. Elusi dengan campuran etil asetat P- metiletil keton- asam format P- air (50+30+10+10) dengan jarak rambat 15cm. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan larutan alumunium klorida 1% dalam etanol LP amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 27 – 36 - - Biru Coklat 2 55 – 64 - - Biru Coklat tua 3 64 – 74 - - Biru Coklat 4 76 – 86 - - Biru Coklat merah 5 86 – 96 - - Biru Kuning 6 107 – 115 - - Coklat merah Coklat merah 7 119 – 131 - - Coklat merah Kuning coklat 8 133 – 145 - - Biru Biru kuning 9 148 – 159 - - Biru Biru muda catatan: Harga hRx dihitung terhadap bercak warna biru dari kromatogram zat warna II LP Kadar abu tidak lebih dari 8,9% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 3% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 20% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 16,9% Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi simplisia: Triterpenoid,eufol, beta-eufol, euforbol dan tirukalol, eufosterol, flavonoida, tanin Penggunaan: Sedatif 13. BUNGA CENGKEH (CARYOPHILLI FLOS) Bunga cengkeh adalah kuncup bunga Syzygium aromaticum (L). Merr. & Perry, sinonim Eugenia caryophyllus (Spreng). Bullock et Harison, Eugenia caryophyllata Thunb, Eugenia aromatica (L) Labill, suku Myrtaceae. Pemerian : warna cokelat bau aromatic kuat rasa agak pedas Makroskopik : bunga panjangnya 10mm sampai 17,5mm, dasar bunga (hipatium) berisi 4, agak pipih, bagian atas maliputi bakal buah yang tenggelam berongga dua berisi banyak bakal buah melekat pada sumbu plasenta. Daun kelompak 4 helai tebal bentuk bundar telur atau segitiga, runcing, lepas. Daun mahkota 4 helai warna lebih muda dari warna kelopak, tidak mekar tipis seperti selaput, saling menutup seperti susunan genting. Benang sari banyak berbentuk melengkung ke dalam : tangki agak silinder atau segi empat panjangnya 2,5mm sampai 4mm. Mikroskopik: Pada penampang melintang bunag di bawah bakal buah tampak sel epidermis bentuk empat persegi panjang terdiri dari satu lapis sel dengan kutikula tebal, pada pengamatan paradermal tampak sel epidermis bentuk poligonal dengan dinding sel rata: stomata bundar tipe anomositik. Pada bagian korteks terdapat beberapa lapisan sel parenkim bentuk poligonal atau hampir bundar. Pada bagian dalam terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, serabut sklerenkim dan sel batu. kristal kalsium oksalat bentuk roset terdapat disemua bagian. Parenkim pusat terdiri dari beberapa lapis sel kecil membentuk cincin dengan ruang antar sel yang besar. Pada daun mahkota dan kelopak tampak epidermis atas dan bawah bentuk empat persegi panjang bila tampak paradermal bentuk poligonal, diantaranya terdapat parenkim bentuk poligonal, kelenjar minyak skizolisigen, kristalkalsium oksalat bentuk roset dan berkas pembuluh. Serbuk: warna coklat Fragmen pengenal adalah fragmen dasr bunga (hipantium), sel epidermis dengan kutikula tebal, stomata tipe anomositik, kelenjar minyak skizolisigen lepas atau dalam sel, fragmen epidermis daun mahkota dan daun kelopak tampak tangensial, fragmen parenkim pusat dengan ruang antar sel besar, fragmen tangkai sari, kepala sari dan serbuk sari berkelompok atau lepas bentuk segitiga dengan garis tengah 15μm sampai 20μm, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral, fragmen serabut sklerenkim dan kristal kalsium oksalat bentuk roset, fragmen sel batu. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah hati b. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam nitrat P: terjadi warna jingga c. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam sulfat P 25% v/v: warna jingga d. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P: warna hijau tua e. Timbang 500 mg serbuk bunga, maserasi dengan 10ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna ungu hijau f. Timbang 1 g serbuk bunga tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, pada filtrat tambahkan serbuk magnesium, 2ml larutan alkohol klorhidrik dan amil alkohol P kocok hingga warna amil alkohol merah g. Timbang 50mg serbuk bunga masukan dalam tabung mikrodestilasi yang telah diberi glass wool diujung dekat bagian kapiler. Masukkan tabung mikrodestilasi dalam tanur TAS yang sudah dipanaskan pada suhu 500C selama 30 menit dan dipasang lempeng KLT. Atur suhu sampai 2200C. Pada titik pertama dari lempeng KLT pelapis akan tampak totolan yang dihasilkan dari tanur TAS, pada titik kedua totolan 10μl lrutan pembanding eugenol dalam metanol P. Elusi dengan benzena P dengan jarak rambat 15cm. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida asam sulfat LP. Panaskan pada suhu 1000 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 16 – 29 Kuning Kuning Ungu Kuning 2 38 – 56 - Abu-abu Ungu - 3 56 – 82 - Coklat abu Ungu Coklat 4 82 – 96 - Pink ungu Ungu - 5 111 – 129 - Abu-abu Biru ungu Coklat 6 129 – 176 - Merah Biru ungu Biru 7 182 – 189 - Kuning tua Ungu Coklat 8 193 – 204 - Pink - - 9 204 – 216 - Ungu Ungu - Catatan : Harga hRx dihitung terhadap bercak warna ungu dari kromatogram pembanding eugenol. Harga hrf bercak berwarna ungu hijau lebih kurang 45 Kadar abu tidak lebih dari 6% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 0,5% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 5,5% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi: Sterol/terpen, flavonoid, asam gallotanin, kariofilen, vanilin, eugenin, gum, resin dan minyak atsiri yang mengndung senyawa fenol yang sebagian besar terdiri dari eugenol bebas dan sedikit eugenol asetat, seskuiterpena, sejumlah ester kecil ester keton dan alkohol. Penggunaan: Anestetika gigi, karminativa, zat tambahan dan aromatika. 14. BUNGA MELATI (JASMINI FLOS) Bunga melati adalah bunga Jasminum sambac (L) W Alt, suku Oleaceae. Pemerian. Bau harum lemah, tidak berasa Makroskopik: Mahkota bunga berbentuk terompet, berbentuk lembaran agak mengerut, mahkota bunga panjang 0,6cm sampai 1cm, tangkai bunga panjang 0,7cm sampai 1cm. Mikroskopik: Pada penampang melintang bunga, tampak epidermis daun mahkota berbentuk hampir bulat diderah ini terdapat berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral, epidermis kelopak berbentuk segi empat. Sayatan paradermal tampak epidermis daun mahkota bentuk poligonal, dinding antiklinal rata. Serbuk sari bulat atau hampir segitiga (triporat). Serbuk: warna kecoklatan. Fragmen pengenal adalah epidermis daun mahkota, papila daun mahkota, parenkim daun mahkota dengan berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral, epidermis dengan papila terlihat tangensial, serbuk sari. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna kuning b. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna kuning hijau c. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5%: terjadi warna kuning d. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam klorida pekat P: terjadi warna kuning coklat e. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna kuning f. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam asetat encer P: terjadi warna kuning g. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v: terjadi warna kuning h. Mikrodestilasikan 20mg serbuk bunga pada suhu 2400C selama 90 detik menggunakan tanur TAS tempatkan hasil mikrodestilasi pada titik pertama lempeng KLT h. Timbang 300mg serbuk bunga campur dengan 5ml metanol P dan panaskan diatas tangas air selama 2menit, dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P secukupnya sehingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik kedua lempeng KLT totolkan 25μl filtrat dan pada titik ketiga 10μl zat warna 1LP. Eluasi dengan dikloroetena P dengan jarak rambat 15cm, keringkan lempeng diudara selama 10 menit, eluasi lagi dengan benzena P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida asam sulfat LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 1-4 - Lembayung Hijau Hijau 2 7-11 - Lembayung Hijau Hijau 3 15-21 - Merah Hijau Hijau 4 23-27 - Merah - - 5 27-33 - Coklat merah Hijau Hijau 6 32-36 - Merah Lembayung - - 7 40-46 - Lembayung - - 8 46-50 - Coklat Hijau Hijau 9 50-54 - Lembayung - - 10 54-58 - - Biru hijau Biru hijau 11 58-61 - Lembayung - - 12 61-64 - Coklat Biru Hijau Biru 13 67-71 - Lembayung Kuning Kuning 14 73-77 - Lembayung Hijau Kuning 15 81-85 - Merah coklat Biru ungu Biru ungu 16 92-96 - Lembayung Kuning Kuning 17 99-103 - Lembayung Biru Biru Catatan: Harga Rx dihitung terhadap bercak warna merah . hRf bercak warna merah = 68 Kadar abuyang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 0,5% Kadar abu yang tidak larut dalam air Tidak kurang dari 3% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 5% Bahan organik asing tidak lebih dari 2% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi: Minyak atsiri, asam format, asam format, asam benzoat, asam asetat ester metil antranil, seskuiterpen, seskuiterpen alkohol. Penggunaan: Korigen odoris, penurun panas (antipiretik), penghenti air susu ibu (ASI) 15. DAUN MANGGIS (GARCINIAE FOLIUM) Daun manggis adalah daun Garcinia mangostana L, suku Clusinceae Pemerian Tidak berbau rasa agak kelat Makroskopik: Helaian daun umumnya tidak utuh, warna kelabu sampai hijau kecoklatan bentuk jorong sampai jorong memanjang, panjang 12cm, sampai 23cm lebar 4,5cm sampai 12cm. Ujung daun meruncing pangkal daun meruncing pinggir daun merata. tangkai daun 1cm sampai 1,5cm. Tulang cabang menyirip hampir sejajar. Peermukaan atas agak mengkilap permukaan bawah agak buram. Mikroskopis: Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tebal, tidak terdapat stomata, epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel bentuk empat persegi panjang, kutikula tebal terdapat stomata. Mesofil meliputi jaringan palisade meliputi jaringan palisade terdiri 2 lapis sel kecil, silindrik, hablur kalsium oksalat berbentuk roset terdapat pada mesofil, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel yang bundar atau silindrik, idioblas damar terdapat pada mesofil. Berkas pembuluh tipe bikolateral dikelilingi seludang sklerenkimyang berlignin, di sisi bawah terdapat beberapa berkas pembuluh tipe kolateral, kecil dan berseludang sklerenkim. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan bawah berbentuk poligonal, dinding lurus dan stomata tipe parasitik. Serbuk warna kuning kecoklatan. fragmen pengenal adalah mesofil dengan sel damar, hablur kalsium oksalat bentuk roset, fragmen epidermis atas dan bawah berbentuk poligonal, dan dinding lurus, stomata tipe parasitik, serabut berdinding tebal, dan lumen sempit, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan jala. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat merah b. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol: terjadi warna kuning kecoklatan c. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna kuning kecoklatan d. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna merah e. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna kuning kehijauan f. Timbang 300mg serbuk daun campur dengan 5ml metanol P panaskan dengan penangas air selama 2menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik pertama, kedua dan ketiga lempeng KLT totolkan masing-masing 40μl filtrat. Pada titik keempat totolkan 5μl zat warna 1LP. Elusi dengan dikloroetana P dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit, eluasi lagi dengan toluena P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Selanjutnya semprot dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP, panaskan pada suhu 1100C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Dengan perlakuan yang sama seperti biasa dengan cara kerja diatas dilakukan juga penyemprotan dengan pereaksi AlCl3. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi I II I II 1 5-8 Kuning - Kuning - Kuning - 2 15-19 - Hijau Hijau - Hijau Hijau 3 19-24 Hijau Violet - Merah - Merah 4 42-48 - Hijau Kuning Ungu Merah - 5 48-55 - - - Ungu - Kuning 6 58-63 - - - - Biru - 7 68-71 - - - - Hijau - 8 111-114 Kuning - - - - - 9 115-118 - Ungu - - - - Catatan: Harga Rx dihitung terhadap bercak warna merah (yang diamati dengan sinar biasa atau warna ungu dengan sinar UV 366nm). hR bercak warna merah=65 Tanda I : pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP II : pereaksi AlCl3 LP Kadar abu. tidak lebih dari 4% Kadar abuyang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 0,1% Kadar sari yang tidak larut dalam air Tidak kurang dari 12% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 26% Bahan organik asing tidak lebih dari 2% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi: Terpenoid, tanin, resin mangostin Penggunaan: Adstringen, antipiretik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar