Senin, 13 Oktober 2014
KAPSUL
PENGANTAR ILMU FARMASI
SEDIAAN OBAT
“KAPSUL”
Oleh :
Nama : NAILA SYLVIATULLATVIYA
NIM : E0013029
Prodi : S1 Farmasi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES BHAMADA SLAWI)
Jln. Cut Nyak Dhien No.16 Kalisapu, Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal 52416
Telp. (0283) 6197571 Fax. (0283) 6198450
http://stikesbhamada.ac.id email stikes bhamada@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan dibuat makalah ini agar lebih memahami materi mengenai sediaan obat kapsul yang akan dibahas dalam makalah ini.
Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, tentulah saya banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya punya. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh karena itu, saya siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-makalah yang lainnya.
Tak lupa, saya juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang kesehatan pada umumnya.
Slawi, November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………...................................................ii
DAFTAR ISI…………………………………………………….................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………...............................................................4
B. Tujuan penulisan …………………...…………….....................................5
BAB II ISI .............................……………………………………....................................6
A. Pengertian Kapsul ..................................................................................6
B. Perbedaan Kapsul Keras dan Kapsul Lunak..........................................7
C. Macam-macam Kapsul ...........................................................................8
D. Keuntungan dan Kerugian Kapsul..........................................................9
E. Cara Pengisian kapsul.............................................................................9
F. Cara Penutupan Kapsul.........................................................................10
G. Cara Membersihkan Kapsul...................................................................11
H. Faktor-faktor yang Merusak Cangkang Kapsul......................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..................................15
LAMPIRAN ………………………………………………………………................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian obat secara umum, Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.
Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menkes RI No. 90/Kab/B.VII/1971).
Berdasarkan dafinisinya, fungsi obat adalah :
1. Bahan yang digunakan untuk diagnosa
2. Bahan yang digunakan untuk pencegahan
3. Bahan yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit
4. Bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
5. Bahan yang digunakan untuk menyembuhkan gangguan fungsi tubuh
6. Bahan yang digunakan untuk memperelok badan atau bagian badan (kosmetika)
Bentuk-bentuk sediaan dari obat yaitu tablet, suspensi, kapsul, emulsi, pil, sirup, serbuk, kelarutan, salep, obet tetes, krim, gel, dan lain masih banyak bentuk sediaan lainnya.
Bentuk sediaan obat dapat berfungasi sebagai :
1. Melindungi obat dari kerusakan akibat udara
2. Melindungi obat dari kerusakan akibat asam lambung
3. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi
4. Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat dan aman
5. Menghilangkan atau menutupi rasa pahit atau rasa tak enak dari obatnya
6. Membuat serbuk yang tak larut atau tak stabil dalam larutan dibuat suspensi
Obat ada beberapa macam, misalnya saja obat paten, obat generic dan obat generic berlogo (OGB). Sedangkan menurut cara penyiapannya ada obat yang jadi dan ada obat racikan. Menurut legalitasnya obat ada obat yang terdaftar dan ada obat yang palsu. Cara memperoleh obat dengan tanpa resep dokter, dengan resep dokter dan dengan apoteker (DOWA).
Obat mempunyai khasiat yang bermacam-macam, yaitu : obat analgesic-antipiretik, obat antidiare, obat antihipertensi, obat anti cacing, obat antimalaria, obat anti TBC (OAT), obat anti amoeba, obat antianemia, dan masih banyak khasiat lainnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah tentang sediaan obat berupa kapsul ini adalah
1. Mengetahui sediaan obat dalam bentuk sediaan kapsul
2. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pemakaian obat dengan bentuk sediaan kapsul.
BAB II
ISI
A. Pengertian dan macam kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya tumpul tetapi beberapa pabrik membuat kapsul dengan bentuk khusus misalnya ujungnya lebuh runcing atau rata. Kapsul dapat juga mengandung zat warna yang diizinkan atau zat warna dari berbagai oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya bahan ini mengandung antara 10 – 15 %.
Kapsul dapat dibedakan menjadi 3 macam :
1. kapsul – kapsul gelatine yang lunak (capsulae molles, soft capsul)
kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatine sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Kapsul lunak dapat mengandung pigmen atau pewarna seperti Titanium dioksida, pengawet, pengharum dan pemanis atau sukrosa. Cangkang gelatin lunak umumnya mengandung air 6 – 3 %, dan berbentuk bulat atau silindris ataupun bulat elur (disebur pearles atau globula).
Kapsul cangkang lunak tidak dipakai di apotik, tetapi diproduksi secara besar-besaran didalam pabrik dan biasanya diisi dengan cairan. Kapsul lunak umumnya berisi granula dan disebut Spansule.
2. kapsul – kapsul gelatine yang keras (capsulae durae, hard capsul)
Capsul operculatae, yang terdiri dari sebuah tabung dan sebuah tutup dari masa gelatine yang keras. Kapsul-kapsul ini di tutup dengan memberi setetes Mucilago Gummi Arabici di atas pada tabung itu. Penutupan ini tentu perlu jika dimasukkan cairan didalamnya. Diperhatikan hal-hal berikut :
a. bahwa cairan – cairan mengandung air, juga larutan-larutan yang sangat pekat seperti Ichtiol dan Tumenolamonium mengkikis dinding kapsul, karena itu dari senyawa-senyawa seperti itu harus dibuat masa pil, setelah dibagi-bagi dimasukkan kedalam kapsul.
b. bahwa cairan-cairan mengandung etanol, yang kadar etanolnya tinggi tadak mengikis kapsul, jika kadar etanol kurang dari 90%, maka cairan yang mengandung etanol itu diolah terlebih dahulu menjadi massa pil.
c. bahwa minyak-minyak lemak dan minyak atsiri, etilena trichlorida, karbontetrachlorida, bensol, eter dan sebagainya tidak mengikis kapsul-kapsul karena itu kapsul-kapsul dapat diisi dengan zat tersebut tanpa diapa-apakan. Ini berlaku juga untuk Oleum Caryopyhllorum meskipun minyak atsiri ini sebagian besar (87%) terdiri dari suatu senyawa fenol (eugenol).
d. bahwa kapsul-kapsul ini dikikis oleh fenol-fenol dan sediaan-sediaan yang kadar fenolnya tinggi. Sediaan-sediaan seperti kereosot, Pix liquida dan sebagainya tidak dapat dimasukkan kedalam kapsul-kapsul begitu saja, tetapi harus diolah dahulu menjadi masa pil. Tetapi jika sutu sediaan seperti itu telah di encerkan dengan minyak atsiri sehingga kepekatannya kurang lebih 40%, maka dapat dimasukkan kedalam kapsul-kapsul tersebut.
e. Jika nitrogliserol itu harus diolah bersama-sama dengan minyak lemak dalam Capsula operculatae, maka digunakan 1% dalam suatu minayk lemak, dimana suatu campuran yang homogen yang tidak diperoleh dengan larutan 1% nitrogliserol dalam Etanol 90% dari Farmakope. Sejumlah zat cair yang kurang dari 1 g boleh diteteskan kedalam Capsule operculatae dengan menggunakan pipet tetes, jika penetesan itu tidak kesalahan yang lebih dari 5%.
3. Capsulae amylaceae, kapsul-kapsul ouwel yang dipergunakan untuk masa yang berbentuk serbuk.
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak
Kapsul Keras Kapsul Lunak
- Terdiri atas tubuh dan katup - Satu kesatuan
- Tersedia dalam bentuk kosong - Selalu sudah berisi
- Isi padat dan juga cair - Isi padat dan juga cair
- Cara pakai per oral - bisa oral, vaginal, rectal, topikal
- Bentuk hanya satu macam - bentuknya bermacam-macam
Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan delapan macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar sedangkan 5 adalah ukuran terkecil.
Ukuran Kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5
Untuk Hewan : 10 11 12
Umumnya nomor 000 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih ukuran kapsul yang tepat untuk memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam mempersiapkan resep dokter di apotik.
Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari pengalaman. Biasanya dikerjakkan secara eksperimental dan sebagai gambaran hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
No. ukuran Asetosal
(dalam gram) Natrium Bikarbonat
(dalam gram) NBB
(dalam gram)
000
00
0
1
2
3
4
5 1
0,6
0,5
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1 1,4
0,9
0,7
0,5
0,4
0,3
0,25
0,12 1,7
1,2
0,9
0,6
0,5
0,4
0,25
0,12
Dalam mempersiapkan resep untuk kapsul, ukuran kapsul hendaknya dicatat untuk memudahkan apabila diperlukan pembuatan ulang, juga diperhatikan bila seseorang pasien mendapatkan dua macam resep kapsul sekaligus , jangan diberikan dalam warna yang sama untuk menghindari kesalahan minum obat tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul
Keuntungan:
1. Bentuk menarik dan praktis
2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga cepat diabsorbsi (serap) oleh usus
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya
Kerugian:
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan penguapan
2. Tidak untuk zat-zat yang hiproskopis
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
4. Tidak untuk balita
5. Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul)
Cara Pengisian Kapsul
Yang dimaksud kapsul diisi adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri dari bagian yaitu bagian dalam (induk) yaitu bagian yang lebih panjang biasa disebut badan kapsul dan bagian luar atau tutup. Kapsul demikian juga disebut Capsulae Operculatae dan kapsul bentuk ini diproduksi besar-besaran di pabrik dengan mesin otomatis. Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan, untuk mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan.
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan alat mesin.
1. Dengan tangan
Merupakan alat yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering di kerjakkan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaikknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
2. Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tertap dan yang bergerak.
Caranya :
• Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak bergerak
• Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan atau ditaburkan pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film
• Kapsul ditutup dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian yang bergerak. Dengan cara demikian kapsul akan tertutup.
3. Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu diperginakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin.
Cara penutupan Kapsul
Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang biasa yakni tutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan pemanasan langsung menggunakan energi sensorik atau pelekatan menggunakan cairan campuran air-alkohol.
Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus seperti diatas. Cara yang sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar isinya tidak keluar atau bocor. Caranya sedikit campuran air-alkohol pada tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup dan diputar.
Untuk melihat adanya kebocoran kapsul tersebut kapsul diletakkan diatas kertas saring kemudian digerakkan kedepan dan kebelakang hingga menggelinding beberapa kali. kapsul tersebut bocor akan meninggalkan noda pada kertas.
Didalam pabrik yang besar penutupan kapsul dilakukan secara otomatis. Sebagai cairan pada umumnya larutan gelatin yang diberi tambahan zat warna, sehingga kapsul yang ditutup akan kelihatan pita yang berwarna. Warna ini dapat dipergunakan sebagai pengenal dari suatu pabrik.
Cara membersihkan Kapsul
Salah satu tujuan pemberian obat berbentuk kapsul adalah menutup rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang mungkin menempel pada dinding kapsul. Untuk itu kapsul harus dibersihkan terlebih dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum diserahkan pada pasien.
Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen wol) kemudian digosok-gosokkan sampai bersih.
Pengisian Cairan kedalam Kapsul Keras
1. Zat-zat setengah cair atau cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert (bahan netral), tetapi jika jumlahnya banyak yang dikeringkan membutuhkan terlalu banyak inert, maka dapat dibuat seperti massa pil dan dipotong-potong sebanyak yang diperlukan baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat.
2. Cairan-cairan
Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor dan keluar.
Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, alkohol yang akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak, meleleh, harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40%. Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan diteteskan dengan pipet tetes yang sudah ditara dengan tegak lurus, setelah itu ditutup.
Faktor-faktor yang merusak cangkang kapsul
Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut :
1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan laktosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI , NaI, NaNO3, dan sebagainya.
2. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak atau lembek. Contohnya Kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur.
3. Mengandung minyak menguap
4. Penyimpanan yang salah
Di tempat lembab , cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut.
Ditempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.
Mengingat sifat kapsul tersebut, maka sebaiknya kapsul disimpan:
• dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin
• dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering)
• dalam wadah plastik yang diberi pengering
Syarat – syarat kapsul
Keseragaman Bobot
Menurut FI, III, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
• Kapsul berisi obat kering
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang penyimpanggnnya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolol A dan tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan oleh kolom B.
Bobot rata-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
A B
Kurang dari 120 mg
Lebih dari 120 mg 10%
7,5% 20%
15%
• Kapsul berisi obat cair atau pasta
Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul cuci cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.
• Waktu Hancur
Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk. Menurut FI IV, untuk melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang dikenal dengan nama Desintegration Tester .
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah
1. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut
2. Kapsul terdiri atas kapsul keras (capsulae durae) dan kapsul lunak (capsulae molles).
3. Kapsul harus memiliki syarat sebagai berikut yaitu keseragaman bobot, waktu hancur, keseragaman sediaan
4. Kapsul selain memiliki keuntungan juga memiliki kerugian.
5. Dalam pembuatan sediaan kapsul harus diperhatikan sifat dari bahan yang dipergunakan.
6. Kapsul dapat diisi dengan 3 cara yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan alat mesin.
DAFTAR PUSTAKA
DR. C. F. Van Duin. 1950. Ilmu Resep. Jakarta: Soeroengan
Seno soetopo. 2001. Ilmu Resep Jilid 1 Cetakan kedua. Jakarta: Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi
TERPENOID
Gasterionteritis
PARASITOLOGI
INFEKSI PADA LAMBUNG
Nama Kelompok 3 :
M. Iswandi E0013027
M.Aditya Arif Firman E0013028
Naila Sylviatullatviya E0013029
Neni Agusetianti E0013030
Neli Kusumawati E0013031
Nilla Yuliana Ardiyanti E0013032
Niza Kholifatun K E0013033
Novia Nur Anggraeni E0013034
Nur Addinika Idariani E0013035
Nur Latipah E0013036
Nurul Istiqomah E0013038
Peni E0013039
Ranita E0013040
S1 FARMASI
STIKES BHAMADA SLAWI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan dibuat makalah ini agar lebih memahami materi mengenai parasitologi yang akan dibahas dalam makalah ini.
Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, tentulah kami banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh karena itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-makalah yang lainnya.
Tak lupa, kami juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang kesehatan pada umumnya.
Slawi, Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………............................................ii
DAFTAR ISI…………………………………………………….........................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………...............................................................4
B. Tujuan penulisan …………………...……………....................................4
C. Rumusan Masalah......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gastroenteritis.........................................................................5
B. Gejala dan Tanda.......................................................................................5
C. Penyebab Gastroenteritis ...........................................................................6
D. Penularan Gastroenteritis............................................................................7
E. Pencegahan Gastroenteritis........................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..........................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Lambung adalah adanya infeksi pada saluran pencernaan yang mengakibatkan muntah, diare, atau keduanya dan sering juga di sertai dengan demam atau kram perut. Infeksi pada lambung biasanya disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit.
Infeksi pada lambung ini biasanya menyerang anak di bawah usia lima tahun, ini tentunya sangat mengganggu pada anak-anak karena anak-anak tidak bisa bermain dan berkembang dengan sebagai mana mestinya. Pada penderita infeksi lambung tubuh akan selalu merasa lemas dan rasa yang tidak nyaman. Di negara berkembang anak-anak sangat mudah sekali terinfeksi lambung, jutaan anak-anak meninggal setiap tahun nya karena diare yang disebabkan infeksi pada lambung.
Penyebab penyakit radang lambung adalah adanya virus, bakteri seperti escherichia coli (penyebab diare), vibrio cholerae (penyebab kolera), salmonella (penyebab tipes), shigella (penyebab infeksi pada saluran pencernaan) dan parasit giardia yang menyebabkan adanya infeksi pada lambung. Virus-virus ini umumnya menyebar dari tangan ke mulut namun bisa juga melalui bersin dan ludah. Infeksi lambung juga bisa di akibatkan keracunan makanan, makanan yang telah terkontaminasi dengan bakteri, bakteri itu akan mengeluarkan racun yang menyebabkan muntah atau diare.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah kemungkinan parasit yang hidup di Lambung ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas dalam matakuliah Parasitologi yang ditugaskan oleh dosen pembimbing.
2. Mempelajari akibat yang ditimbulkan oleh gangguan parasit pada lambung
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan ("-itis") pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung ("gastro"-) dan usus kecil ("entero"-), sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut. Gastroenteritis juga sering disebut sebagai gastro, stomach bug, dan stomach virus. Walaupun tidak berkaitan dengan influenza, penyakit ini juga sering disebut flu perut dan flu lambung.
Secara global, sebagian besar kasus pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus. Pada orang dewasa, norovirus dan Campylobacter menjadi penyebab yang lebih umum. Penyebab lain yang lebih jarang ditemukan yakni bakteri lain (atau racun bakteri) dan parasit. Penularannya bisa terjadi karena konsumsi makanan yang dimasak secara tidak benar atau air yang terkontaminasi atau melalui persinggungan langsung dengan orang yang terinfeksi.
Yang paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang cukup. Untuk kasus ringan atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan rehidrasi oral. Untuk kasus yang lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan. Gastroenteritis paling banyak terjadi pada anak-anak dan masyarakat di negara berkembang.
B. Gejala dan Tanda
Gastroenteritis biasanya disertai dengan diare dan muntah, meskipun tidak terlalu banyak terjadi, hanya disertai dengan salah satu gejala tersebut. Kejang perut juga bisa timbul. Tanda-tanda dan gejala biasanya muncul 12–72 jam setelah terjangkit agen penginfeksi. Bila disebabkan oleh virus, kondisi ini biasanya membaik dalam satu minggu. Beberapa gejala yang diakibatkan oleh virus juga mungkin diasosiasikan dengan demam, letih, sakit kepala, dan nyeri otot. Jika tinja mengandung darah, lebih kecil kemungkinannya disebabkan oleh virus dan lebih besar kemungkinannya disebabkan oleh bakteri. Beberapa infeksi bakteri juga bisa diasosiasikan dengan nyeri perut akut dan mungkin bertahan selama beberapa minggu.
Anak-anak yang terinfeksi rotavirus biasanya sembuh total dalam tiga sampai delapan hari. Akan tetapi, di negara-negara miskin, perawatan untuk infeksi akut seringkali sulit didapatkan sehingga biasanya diare terus-menerus terjadi. Dehidrasi merupakan komplikasi umum dari diare, dan pasien anak dengan tingkat dehidrasi parah bisa mengalami pengisian kembali pembuluh kapiler berkepanjangan, turgor kulit yang buruk, dan pernapasan abnormal. Infeksi berulang biasanya ditemukan di tempat-tempat dengan sanitasi buruk, dan malnutrisi, yang dapat menghambat pertumbuhan, dan keterlambatan kognitif jangka panjang.
Artritis reaktif terjadi pada 1% dari kelompok yang terinfeksi spesies Campylobacter , dan 0,1% mengalami sindrom Guillain-Barre. Sindrom uremik-hemolitik (HUS) dapat terjadi karena infeksi spesies Escherichia coli atau Shigella yang mengeluarkan racun Shiga, sehingga mengakibatkan jumlah trombosit yang rendah, fungsi buruk ginjal, dan jumlah sel darah merah yang rendah (karena kerusakannya). Anak-anak lebih cenderung mengalami HUS dibandingkan orang dewasa. Beberapa infeksi virus mungkin mengakibatkan kejang infantil jinak.
C. Penyebab
1. Virus
Virus yang diketahui menyebabkan gastroenteritis meliputi rotavirus, norovirus, adenovirus, dan astrovirus. Rotavirus adalah penyebab gastroenteritis yang paling umum pada anak-anak, dan mengakibatkan tingkat insiden yang serupa baik di negara maju maupun negara berkembang. Virus mengakibatkan sekitar 70% episode diare menular pada kelompok usia anak-anak. Rotavirus lebih jarang menjadi penyebab pada orang dewasa karena kekebalan alami mereka. Norovirus adalah penyebab dari kira-kira 10% kasus pada anak-anak.
2. Bakteri
Pada anak-anak, bakteri merupakan penyebab dengan jenis yang paling umum meliputi spesies Escherichia coli, Salmonella,Shigella, dan Campylobacter. Bila makanan terkontaminasi dengan bakteri dan berada pada suhu ruangan selama beberapa jam, bakteri berkembang biak dan meningkatkan risiko infeksi pada orang-orang yang mengonsumsi makanan tersebut. Beberapa makanan yang umum dikaitkan dengan penyakit ini yakni daging mentah atau daging yang kurang matang, ayam, makanan laut, dan telur. Clostridium difficile toksigenik adalah penyebab utama diare yang lebih sering terjadi pada manusia berusia lanjut. Bayi dapat menjadi pembawa bakteri ini namun tidak berlanjut ke arah munculnya gejala.
3. Parasit
Beberapa protozoa dapat mengakibatkan gastroenteritis – paling umum adalah Giardia lamblia – tetapi spesies Entamoeba histolytica danCryptosporidium juga terlibat. Sebagai sebuah kelompok, mencakup sekitar 10% kasus pada anak-anak. Giardia lebih umum terjadi di negara berkembang, tapi agen etiologi ini menyebabkan jenis penyakit ini dengan jumlah tertentu hampir di semua tempat. Ini lebih umum terjadi pada orang-orang yang pernah bepergian ke tempat-tempat dengan prevalensi tinggi, anak-anak di penitipan anak, laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, dan dalam keadaan setelah terjadinya bencana.
D. Penularan
Penularan dapat terjadi melalui konsumsi air yang terkontaminasi, atau ketika sekelompok orang menggunakan benda pribadi mereka bersama-sama. Di wilayah yang memiliki musim hujan dan musim kemarau, kualitas air biasanya memburuk selama musim hujan, dan ini berhubungan dengan saat terjadinya wabah. Di negara-negara dengan beberapa musim, infeksi lebih banyak terjadi pada musim dingin. Pemberian susu untuk bayi menggunakan botol yang tidak disterilisasikan dengan benar adalah penyebab terbesar dalam skala global. Tingkat penularan juga berhubungan dengan kebersihan yang buruk, terutama pada kalangan anak-anak, di perumahan padat, dan pada kelompok yang pernah mengalami gizi buruk. Setelah mengembangkan toleransi terhadap penyakit ini, orang dewasa dapat menjadi pembawa organisme tertentu tanpa menunjukkan tanda atau gejala, dan mereka berperan sebagai reservoir alami dari penularan. Beberapa agen (seperti Shigella) hanya muncul pada primata, sedangkan yang lainnya dapat muncul pada berbagai jenis binatang (seperti Giardia).
• Non-infeksi
Ada beberapa penyebab non-infeksi peradangan saluran pencernaan. Beberapa penyebab yang lebih umum meliputi obat-obatan, makanan tertentu seperti laktosa (bagi mereka yang tidak bisa mengonsumsi laktosa), dan gluten (bagi mereka dengan penyakit seliak). Penyakit Crohn juga merupakan sumber non-infeksi gastroenteritis (yang seringkali akut). Penyakit yang disebabkan oleh racun juga mungkin terjadi. Beberapa kondisi yang diakibatkan oleh makanan dikaitkan dengan mual, muntah, dan diare termasuk: keracunan ciguatera karena konsumsi ikan pemangsa yang terkontaminasi, scombroid yang diasosiasikan dengan konsumsi jenis ikan tertentu yang telah basi, keracunan tetrodotoksin karena konsumsi antara lain ikan buntal, dan botulisme yang biasanya disebabkan oleh makanan diawetkan secara tidak benar.
• Patofisiologi
Berdasarkan Patofisiologi, penyebab diare dibagi menjadi :
1. Diare Sekresi : disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan apatogen, hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, ganguan psikis, saraf, udara dingin, alergi.
2. Diare Osmotik : disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein, atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernapasan Kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.
E. Pencegahan
a. Gaya hidup
b. Vaksinasi
c. Rehidrasi (dilakukan melalui terapi rehidrasi oral)
d. Makanan
e. Antibiotik : Pada penyakit yang disebabkan oleh spesies Giardia atau Entamoeba histolytica, pengobatan tinidazol lebih disarankan dan lebih baik dibandingkan metronidazol. World Health Organization (WHO) menganjurkan penggunaan antibiotik pada anak kecil yang mengalami diare berdarah dan demam.
• Pada hewan lain
Gastroenteritis pada kucing dan anjing disebabkan oleh banyak agen yang sama seperti penyebab penyakit pada manusia. Organisme paling umum yaitu: Campylobacter, Clostridium difficile, Clostridium perfringens, dan Salmonella. Beberapa agen lebih spesifik terhadap spesies tertentu. Koronavirus gastroenteritis menular(TGEV) yang terjadi pada babi mengakibatkan muntah, diare dan dehidrasi. Penyakit ini diyakini ditularkan kepada babi oleh burung liar dan tidak ada pengobatan spesifik yang tersedia. Jenis ini tidak menulari manusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung dan usus kecil, sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, suprohaita, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculspius
http://id.wikipedia.org/wiki/Gastroenteritis#cite_note-56
http://penyakitmaag.com/radang-lambung-pada-anak.html
Langganan:
Postingan (Atom)