Senin, 13 Oktober 2014

KAPSUL

PENGANTAR ILMU FARMASI SEDIAAN OBAT “KAPSUL” Oleh : Nama : NAILA SYLVIATULLATVIYA NIM : E0013029 Prodi : S1 Farmasi SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES BHAMADA SLAWI) Jln. Cut Nyak Dhien No.16 Kalisapu, Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal 52416 Telp. (0283) 6197571 Fax. (0283) 6198450 http://stikesbhamada.ac.id email stikes bhamada@yahoo.com KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan dibuat makalah ini agar lebih memahami materi mengenai sediaan obat kapsul yang akan dibahas dalam makalah ini. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, tentulah saya banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya punya. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh karena itu, saya siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-makalah yang lainnya. Tak lupa, saya juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang kesehatan pada umumnya. Slawi, November 2013 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………...................................................ii DAFTAR ISI…………………………………………………….................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………...............................................................4 B. Tujuan penulisan …………………...…………….....................................5 BAB II ISI .............................……………………………………....................................6 A. Pengertian Kapsul ..................................................................................6 B. Perbedaan Kapsul Keras dan Kapsul Lunak..........................................7 C. Macam-macam Kapsul ...........................................................................8 D. Keuntungan dan Kerugian Kapsul..........................................................9 E. Cara Pengisian kapsul.............................................................................9 F. Cara Penutupan Kapsul.........................................................................10 G. Cara Membersihkan Kapsul...................................................................11 H. Faktor-faktor yang Merusak Cangkang Kapsul......................................12 BAB III PENUTUP.......................................................................................................14 A. Kesimpulan............................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..................................15 LAMPIRAN ………………………………………………………………................................16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian obat secara umum, Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menkes RI No. 90/Kab/B.VII/1971). Berdasarkan dafinisinya, fungsi obat adalah : 1. Bahan yang digunakan untuk diagnosa 2. Bahan yang digunakan untuk pencegahan 3. Bahan yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit 4. Bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit 5. Bahan yang digunakan untuk menyembuhkan gangguan fungsi tubuh 6. Bahan yang digunakan untuk memperelok badan atau bagian badan (kosmetika) Bentuk-bentuk sediaan dari obat yaitu tablet, suspensi, kapsul, emulsi, pil, sirup, serbuk, kelarutan, salep, obet tetes, krim, gel, dan lain masih banyak bentuk sediaan lainnya. Bentuk sediaan obat dapat berfungasi sebagai : 1. Melindungi obat dari kerusakan akibat udara 2. Melindungi obat dari kerusakan akibat asam lambung 3. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi 4. Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat dan aman 5. Menghilangkan atau menutupi rasa pahit atau rasa tak enak dari obatnya 6. Membuat serbuk yang tak larut atau tak stabil dalam larutan dibuat suspensi Obat ada beberapa macam, misalnya saja obat paten, obat generic dan obat generic berlogo (OGB). Sedangkan menurut cara penyiapannya ada obat yang jadi dan ada obat racikan. Menurut legalitasnya obat ada obat yang terdaftar dan ada obat yang palsu. Cara memperoleh obat dengan tanpa resep dokter, dengan resep dokter dan dengan apoteker (DOWA). Obat mempunyai khasiat yang bermacam-macam, yaitu : obat analgesic-antipiretik, obat antidiare, obat antihipertensi, obat anti cacing, obat antimalaria, obat anti TBC (OAT), obat anti amoeba, obat antianemia, dan masih banyak khasiat lainnya. 1.2 Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah tentang sediaan obat berupa kapsul ini adalah 1. Mengetahui sediaan obat dalam bentuk sediaan kapsul 2. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pemakaian obat dengan bentuk sediaan kapsul. BAB II ISI A. Pengertian dan macam kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya tumpul tetapi beberapa pabrik membuat kapsul dengan bentuk khusus misalnya ujungnya lebuh runcing atau rata. Kapsul dapat juga mengandung zat warna yang diizinkan atau zat warna dari berbagai oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya bahan ini mengandung antara 10 – 15 %. Kapsul dapat dibedakan menjadi 3 macam : 1. kapsul – kapsul gelatine yang lunak (capsulae molles, soft capsul) kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatine sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Kapsul lunak dapat mengandung pigmen atau pewarna seperti Titanium dioksida, pengawet, pengharum dan pemanis atau sukrosa. Cangkang gelatin lunak umumnya mengandung air 6 – 3 %, dan berbentuk bulat atau silindris ataupun bulat elur (disebur pearles atau globula). Kapsul cangkang lunak tidak dipakai di apotik, tetapi diproduksi secara besar-besaran didalam pabrik dan biasanya diisi dengan cairan. Kapsul lunak umumnya berisi granula dan disebut Spansule. 2. kapsul – kapsul gelatine yang keras (capsulae durae, hard capsul) Capsul operculatae, yang terdiri dari sebuah tabung dan sebuah tutup dari masa gelatine yang keras. Kapsul-kapsul ini di tutup dengan memberi setetes Mucilago Gummi Arabici di atas pada tabung itu. Penutupan ini tentu perlu jika dimasukkan cairan didalamnya. Diperhatikan hal-hal berikut : a. bahwa cairan – cairan mengandung air, juga larutan-larutan yang sangat pekat seperti Ichtiol dan Tumenolamonium mengkikis dinding kapsul, karena itu dari senyawa-senyawa seperti itu harus dibuat masa pil, setelah dibagi-bagi dimasukkan kedalam kapsul. b. bahwa cairan-cairan mengandung etanol, yang kadar etanolnya tinggi tadak mengikis kapsul, jika kadar etanol kurang dari 90%, maka cairan yang mengandung etanol itu diolah terlebih dahulu menjadi massa pil. c. bahwa minyak-minyak lemak dan minyak atsiri, etilena trichlorida, karbontetrachlorida, bensol, eter dan sebagainya tidak mengikis kapsul-kapsul karena itu kapsul-kapsul dapat diisi dengan zat tersebut tanpa diapa-apakan. Ini berlaku juga untuk Oleum Caryopyhllorum meskipun minyak atsiri ini sebagian besar (87%) terdiri dari suatu senyawa fenol (eugenol). d. bahwa kapsul-kapsul ini dikikis oleh fenol-fenol dan sediaan-sediaan yang kadar fenolnya tinggi. Sediaan-sediaan seperti kereosot, Pix liquida dan sebagainya tidak dapat dimasukkan kedalam kapsul-kapsul begitu saja, tetapi harus diolah dahulu menjadi masa pil. Tetapi jika sutu sediaan seperti itu telah di encerkan dengan minyak atsiri sehingga kepekatannya kurang lebih 40%, maka dapat dimasukkan kedalam kapsul-kapsul tersebut. e. Jika nitrogliserol itu harus diolah bersama-sama dengan minyak lemak dalam Capsula operculatae, maka digunakan 1% dalam suatu minayk lemak, dimana suatu campuran yang homogen yang tidak diperoleh dengan larutan 1% nitrogliserol dalam Etanol 90% dari Farmakope. Sejumlah zat cair yang kurang dari 1 g boleh diteteskan kedalam Capsule operculatae dengan menggunakan pipet tetes, jika penetesan itu tidak kesalahan yang lebih dari 5%. 3. Capsulae amylaceae, kapsul-kapsul ouwel yang dipergunakan untuk masa yang berbentuk serbuk. Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak Kapsul Keras Kapsul Lunak - Terdiri atas tubuh dan katup - Satu kesatuan - Tersedia dalam bentuk kosong - Selalu sudah berisi - Isi padat dan juga cair - Isi padat dan juga cair - Cara pakai per oral - bisa oral, vaginal, rectal, topikal - Bentuk hanya satu macam - bentuknya bermacam-macam Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan delapan macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar sedangkan 5 adalah ukuran terkecil. Ukuran Kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5 Untuk Hewan : 10 11 12 Umumnya nomor 000 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih ukuran kapsul yang tepat untuk memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam mempersiapkan resep dokter di apotik. Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari pengalaman. Biasanya dikerjakkan secara eksperimental dan sebagai gambaran hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: No. ukuran Asetosal (dalam gram) Natrium Bikarbonat (dalam gram) NBB (dalam gram) 000 00 0 1 2 3 4 5 1 0,6 0,5 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 1,4 0,9 0,7 0,5 0,4 0,3 0,25 0,12 1,7 1,2 0,9 0,6 0,5 0,4 0,25 0,12 Dalam mempersiapkan resep untuk kapsul, ukuran kapsul hendaknya dicatat untuk memudahkan apabila diperlukan pembuatan ulang, juga diperhatikan bila seseorang pasien mendapatkan dua macam resep kapsul sekaligus , jangan diberikan dalam warna yang sama untuk menghindari kesalahan minum obat tersebut.  Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul Keuntungan: 1. Bentuk menarik dan praktis 2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak 3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga cepat diabsorbsi (serap) oleh usus 4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien 5. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya Kerugian: 1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan penguapan 2. Tidak untuk zat-zat yang hiproskopis 3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul 4. Tidak untuk balita 5. Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul)  Cara Pengisian Kapsul Yang dimaksud kapsul diisi adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri dari bagian yaitu bagian dalam (induk) yaitu bagian yang lebih panjang biasa disebut badan kapsul dan bagian luar atau tutup. Kapsul demikian juga disebut Capsulae Operculatae dan kapsul bentuk ini diproduksi besar-besaran di pabrik dengan mesin otomatis. Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan, untuk mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan. Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan alat mesin. 1. Dengan tangan Merupakan alat yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering di kerjakkan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaikknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup. 2. Dengan alat bukan mesin Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tertap dan yang bergerak. Caranya : • Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak bergerak • Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan atau ditaburkan pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film • Kapsul ditutup dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian yang bergerak. Dengan cara demikian kapsul akan tertutup. 3. Dengan alat mesin Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu diperginakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin.  Cara penutupan Kapsul Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang biasa yakni tutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan pemanasan langsung menggunakan energi sensorik atau pelekatan menggunakan cairan campuran air-alkohol. Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus seperti diatas. Cara yang sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar isinya tidak keluar atau bocor. Caranya sedikit campuran air-alkohol pada tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup dan diputar. Untuk melihat adanya kebocoran kapsul tersebut kapsul diletakkan diatas kertas saring kemudian digerakkan kedepan dan kebelakang hingga menggelinding beberapa kali. kapsul tersebut bocor akan meninggalkan noda pada kertas. Didalam pabrik yang besar penutupan kapsul dilakukan secara otomatis. Sebagai cairan pada umumnya larutan gelatin yang diberi tambahan zat warna, sehingga kapsul yang ditutup akan kelihatan pita yang berwarna. Warna ini dapat dipergunakan sebagai pengenal dari suatu pabrik.  Cara membersihkan Kapsul Salah satu tujuan pemberian obat berbentuk kapsul adalah menutup rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang mungkin menempel pada dinding kapsul. Untuk itu kapsul harus dibersihkan terlebih dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum diserahkan pada pasien. Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen wol) kemudian digosok-gosokkan sampai bersih.  Pengisian Cairan kedalam Kapsul Keras 1. Zat-zat setengah cair atau cairan kental Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert (bahan netral), tetapi jika jumlahnya banyak yang dikeringkan membutuhkan terlalu banyak inert, maka dapat dibuat seperti massa pil dan dipotong-potong sebanyak yang diperlukan baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat. 2. Cairan-cairan Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor dan keluar. Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, alkohol yang akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak, meleleh, harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40%. Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan diteteskan dengan pipet tetes yang sudah ditara dengan tegak lurus, setelah itu ditutup.  Faktor-faktor yang merusak cangkang kapsul Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut : 1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis) Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan laktosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI , NaI, NaNO3, dan sebagainya. 2. Mengandung campuran eutecticum Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak atau lembek. Contohnya Kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur. 3. Mengandung minyak menguap 4. Penyimpanan yang salah Di tempat lembab , cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut. Ditempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Mengingat sifat kapsul tersebut, maka sebaiknya kapsul disimpan: • dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin • dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering) • dalam wadah plastik yang diberi pengering  Syarat – syarat kapsul Keseragaman Bobot Menurut FI, III, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : • Kapsul berisi obat kering Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang penyimpanggnnya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolol A dan tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan oleh kolom B. Bobot rata-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam % A B Kurang dari 120 mg Lebih dari 120 mg 10% 7,5% 20% 15% • Kapsul berisi obat cair atau pasta Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul cuci cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%. • Waktu Hancur Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk. Menurut FI IV, untuk melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang dikenal dengan nama Desintegration Tester . BAB III PENUTUP Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah 1. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut 2. Kapsul terdiri atas kapsul keras (capsulae durae) dan kapsul lunak (capsulae molles). 3. Kapsul harus memiliki syarat sebagai berikut yaitu keseragaman bobot, waktu hancur, keseragaman sediaan 4. Kapsul selain memiliki keuntungan juga memiliki kerugian. 5. Dalam pembuatan sediaan kapsul harus diperhatikan sifat dari bahan yang dipergunakan. 6. Kapsul dapat diisi dengan 3 cara yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan alat mesin. DAFTAR PUSTAKA  DR. C. F. Van Duin. 1950. Ilmu Resep. Jakarta: Soeroengan  Seno soetopo. 2001. Ilmu Resep Jilid 1 Cetakan kedua. Jakarta: Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi

TERPENOID

BAB II ISI 2.1 Pengertian Terpenoid Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40). Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organic yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid (atom C 10) dan seskuiterpenoid (atom C 15). Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. 2.2 Biosintesis Senyawa Terpenoid Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalamproduk alami yang diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalammodel kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolism asamasetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun reaksinya adalah sebagaiberikut: Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu: 1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. 2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid. 3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid. Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat. Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen. Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula. Bila reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya. Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa monoterpen dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat dengan isopentenil pirofosfat. Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n. Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n. Nama Rumus Sumber Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri Diterpen C20H32 Resin Pinus Triterpen C30H48 Saponin, Damar Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten Politerpen (C5H8)n n 8 Karet Alam Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”. 2.3 Pengertian Senyawa-senyawa Terpenoid a. Monoterpenoid Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui. Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene. Stuktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersialyang banyak diperdagangkan. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerasi. Ketiga alcohol ini yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi menghasilkan sitronelal. Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder. Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang banayak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan salah satu bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoid mengikuti suatu sistematika tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon suatu monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi suatu senyawa aromatik (aromatisasi). Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi senyawa lain yang telah diketahui strukturnya. Dengan kata lain saling mengaitkan gugus fungsi senyawa lain yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur sutau senyawa akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari sutau senyawa yang diketahui strukturnya. Contoh senyawa terpenoid: • Monoterpenoid Asiklik Biosynthetically, pirofosfat isopentenil dan pirofosfat dimethylallyl digabungkan untuk membentuk geranyl pirofosfat. Geranyl pirofosfat • Monoterpenoid Monosiklik Selain lampiran linier, unit isoprena dapat membuat koneksi untuk membentuk cincin.Ukuran cincin yang paling umum dalam monoterpen adalah cincin beranggota enam.Sebuah contoh klasik adalah siklisasi pirofosfat geranyl untuk membentuk limonene. • Monoterpenoid Bisiklik Pirofosfat Geranyl juga dapat mengalami reaksi siklisasi dua berurutan untuk membentukmonoterpen bisiklik, seperti pinene yang merupakan konstituen utama dari getah pinus. b. Seskuiterpenoid Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol. c. Diterpenoid Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan dibangun oleh 4 unit isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik. Senyawa ini dapat ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan laut seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca, alga coklat seperti Sargassum duplicatum serta dari golongan Coelenterata. Tata nama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial. d. Triterpenoid Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom karbon. Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati (minyak zaitun)dan ada juga ditemukandalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum adalah pada tumbuhan berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid telah digunakan sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Struktur terpenoida yang bermacam ragam timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-, farnesil-, dan geranil-geranil pirofosfat. e. Tetraterpenoid Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul tetraterpenoid adalah C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid. Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna kuning, oranye dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam, buah tomat, dan biji kelapa sawit. f. Polyterpenoid Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5) dan dari konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Polyterpenoid merupakan senyawa penghasil karet. Terpenoid Tidak Teratur 2.4 Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid A. Isolasi Terpenoid Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam hayati pada dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti yang diaplikasikan dalam proses industri. Metode pengempaan digunakan pada senyawa katecin dari daun gambir juga isolasi CPO dari buah kelapa sawit. Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh dengan kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan alam hasil proses metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya dengan kandungan yang relatif kecil, maka metode-metode dalam proses industri tersebut tidak dapat digunakan. Berdasarkan hal diatas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa metabolit sekunder dapat digunakan. Metode standar laboratorium dengan kuantitas sampel terbatas dan perlunya menentukan metode yang paling sesuai dengan maksud tersebut. Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan sehingga untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar. 1. Identifikasi Kandungan Kimia Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. untuk tujuan tersebut maka diperlukan metoda persiapan sampel dan metoda identifikasi pendahuluan dari senyawa metabolit sekunder, yaitu untuk mengetahui adanya Senyawa Alkaloid dan Senyawa Terpenoid, steroid, fenolik, flavonoid dan saponin. 2. Ekstraksi dan fraksinasi Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tunbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi menggunakan pelarut organik polar seperti metanol. Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan antara lain: Maserasi, Perkolasi, Sokletasi, Destilasi Uap, Pengempaan. Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi. Ø Sekletasi Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri. Ø Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C. suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Muller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri. Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. 2.5 Kegunaan Terpenoid Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain : a. Fitoaleksin Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV. b. Insect antifectan, repellant c. Pertahanan tubuh dari herbifora d. Feromon Hormon tumbuhan. Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina.  Selain kegunaan diatas juga mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin) 2. sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum(monoterpenoid) 3. sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,kerusakan hati dan malaria(triterpenoid). 4. sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid) 5. Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhantanamandanpemanis(seskuiterpenoid) 6. penghasilkaret(politerpenoid) 7. Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai pigmendalamfotosintesis 8. Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan 9. Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga. 10. Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks pada fungus. 2.6 Simplisia yang mengandung senyawa Terpenoid 1. KULIT JAMBU AIR (SYZYGII AQUEUI CORTEX) Kulit jambu air adalah kulit dahan Syzigium aqueum (Burm.f) Alst., sinonim Eugenia aquea Burm.f., Jambosa subsesessilis Miqynag telah dibuang sebagian besar lapisan gabusnya, suku Myrtaceae. Pemerian, warna coklat keabuan, bau agak harum, mula-mula tidak berasa lama-lama agak kelat. Makroskopik potongan –potongan kulit panjang dan lebar bervariasi. umumnya agak menggulung. Permukaan luar coklat muda keabuan, kulit yang bergabus warna coklat tua keabuan dengan garis-garis halus membujur tidak beraturan. permukaan dalam rata dan berserabut warna coklat lebih muda, bekas patahan agak rata. Mikroskopik, pada penampang melintang kulit batang tampak jaringan gabusterdiri dari beberapa lapis sel, dinding tebal mengandung suberin pada pengamatan tangensial sel berbentuk poligonal. Parenkim korteks dinding sel tipisberisi sedikit butir pati. Pada korteks terdapat kelompok sel batu, berdinding tebal, bernoktah, lumen lebar dan kelopak serabutsklerenkim, panjang , dinding tebal, lumen sempit. Floem terdiri dari sel parenkim floem mengandung butir pati, kristal kalsium oksalat, bentuk roset jari-jari empulur terdiri dari 1-2 lapis sel. Serbuk berwarna cokelat muda. Fragmen pengenal adalah fragmen gabus bentuk poligonal dinding tebal berlapis-lapis, fragmen parenkim berdinding tipis dengan kelompom sel batu, fragmen serabut sklerenkim, fragmen jari-jari empulur, butir pati dan kristal kalsium oksalat bentuk roset. identifikasi a. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat hitam b. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna coklat c. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam klorida P: terjadi warna coklat d. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes asam asetat encer P: terjadi warna coklat kuning e. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna coklat merah f. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5%: terjadi warna biru hitam g. Pada 2 mg serbuk kulit dahan tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam h. 1 g serbuk kulit dahan maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah violet i. Pada 1 g serbuk kulit dahan tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, ambil 5ml filtrat tmbahkan serbuk magnesium, 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol Pkocok hingga warna amil alkohol kekuningan j. Pada 1 g serbuk kulit dahan tambahkan 10ml air panas didihkan selama 14 menit, dinginkan saring, kedalam filtrat tambahkan larutan besi (III) klorida 1% b/v: waran biru kehitaman k. Timbang 300mg serbuk kulit dahan campur dengan 5ml etanol l. Panaskan dengan penangas air selama 2 menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: No hRx Dengan Sinar Biasa Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 198-208 - - - Fluoresensi kuning muda jingga Fluoresensi kuning hijau Fluoresensi kuning hijau Fluoresensi kuning hijau Jingga 2 236-246 - 3 264-274 - 4 280-290 - catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 5% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 8,5% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 6% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: saponin, tanin 11,5%, flavonoid, kuionon, steroid/terpenoid. Penggunaan: diare, astringen 2. RIMPANG LEMPUYANG PAHIT (ZINGIBERIS LITORALIS RHIZOMA) Rimpang lempuyang pahit adalah rimpang Zingiber littorale Val. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,6% v/b. Pemerian : bau aromatik khas, rasa pahit. Makroskopis : kepingan pipih, ringan, bentuk tidak beraturan, tebal sampai 5mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, berwarna kuning pucat kecoklatan. Bidang irisan berwarna lebih muda dari permukaan luar. Korteks sempit, lebar kurang lebih 2mm, bekas patahan tidak rata, berserat. Mikroskopik : epidermis terdiri dari sel-sel pipih terentang tengensial. Hipodermis berupa jaringan berdinding titip. Dibawahnya terdapat peridem yang terdiri dari beberapa lapis sel gabus berbentuk persegi panjang berdinding tipis. Dibawah peridem terdapat parenkim korteks berdinding tipis berisi butiran-butiran pati. Butir pati umumnya tunggal, bentuk bulat telur memanjang tidak beraturan, lamela tidak jelas. Endodermis terdiri dari sel-sel kecil memanjang, dinding tipis, tidak terdapat butir pati. Silinder pusat terdiri dari parinkem serupa dengan sel parinkem korteks, juga terdapat sel sekresi berisi minyak seperti pada parinkem korteks. Serbuk: warna kuning coklat, fragmen pengenal adalah butir pati, sel sekresi berisi minyak, pembuluh kayu berpenebalan jala dan tangga, serabut sklerenkim dan parenkim. Penetapan kadar : • Kadar abu tidak lebih dari 4,8% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 2,7% • Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 14,5% • Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 6,2% • Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. Isi simplisia : minyak atsiri 0,6% dengan komponen utama seskuiterpenketon. Penggunaan simplisia : sebagai stomakikum. 3. DAUN SIDAGURI (SIDAE FOLIUM) Daun Sidaguri adalah daun Sida rhumbitalia L. sinonim S. retusa L. suku Malvaceae pemerian: warna hijau terang tidak berbau dan berasa makroskopik: bentuk daun bagian ujung membundar, dan panjang bawah daun meruncing, tepi daun tidak rata atau bergerigi, umumnya berbentuk jajaran genjang, bagian bawah hijau pucat atau hijau abu-abu, ibu tulang daun membagi daun menjadi sama besar, anak tulang daun pertama mencapai tulang daun, pada bagian atas daun tulang daun seperti alur, sedangkan pada bagian bawah daun anak tulang daun menonjol keluar. Mikroskopik: pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis terdiri dari satu lapis sel, bentuk empat persegi panjang. Pada epidermis atas terdapat rambut penutup bentuk bintang terdiri dari 3-8 sel. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang, pada pandangan tangensial berbentuk poligonaldinding samping agak berkelok-kelok, rambut penutup serupa dengan rambut penutup pada epidermis atas stomata tipe anomasitikdengan 3-4 sel tetangga. jaringan palisade terdiri dari selapis sel silindrik panjang berisi banyak butir klorofil. jaringan bunga karang terdiri dari sel dengan ukuran tidak sama, kadang-kadang terdapat ruang antar sel, mengandung butir hijau daun pada jaringan bunga karang terdapat ronggo lisigen. Beberapa sel parenkim berisi kristal kalsium oksalat berbentuk roset. Pada tulang daun tampak sel kolenkim dibawah epidermis atas dan bawah. Diantara floem dan parenkim trrdapat serbuk sel parenkim: berkas pengankut tipe kolateral. serbuk; warna hijau kecoklatan. fragmen pengenal adalah rambut penutup bentuk bintang, fragmen mesofil fragmen epidermis dengan stomata. kristal kalsium oksalat berbentuk roset. Identifikasi a. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P: warna coklat kehitaman b. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N P: warna coklat c. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amoniak (25%) P: warna kuning d. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes NaOH P 5% b/v dalam etanol P: warna kuning e. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes kalium hidroksida P 5% b/v: warna kuning f. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes besi (III) klorida P 5% b/v: warna kuning g. Timbang 100mg serbuk daun panaskan dengan 5ml HCl P; warna coklat merah h. Pada 1g serbuk daun tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring ambil 5ml filtrat tambahkan serbuk magnesium 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol P warna amil alkohol kuning jingga i. Timbang 300mg serbuk daun campur dengan 5ml metanol P panaskan dengan penangas air selama 2menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan Sinar biasa Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 2 3 96-108 260-270 278-288 - Hijau Hijau kekuningan - Hijau Hijau Hijau lumut Jingga Jingga Hijau Jingga Jingga catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 8% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 7% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3,5% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: tanin 26%, flavonoid, alkaloid, leucoantosianidin, steroid/terpenoid. Penggunaan: diaforetik, antipiretik, penyakit kulit. 4. KULIT BUAH PALA (MYRISTICAE PERICARPIUM) Kulit buah pala adalah kulit buah Myristica fragans Houtt. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 27% v/b. Pemerian : bau khas aromatik, rasa agak pedas dan menimbulkan tebal di lidah. Makroskopik : kulit buah pada keadaan segar sangat tebal,tebal lebih kurang 1cm, permukaan luar licin tidak mengkilat,warnakuning muda kehijauan sampai kunng kecoklatan, bagian dalam lunak, banyak mengandung minyak, getah dan air, warna kuning muda sampai kuning muda kecoklatan. Pada keadaan kering kulit sangat keras, tebal lebih kurang 0,5 cm, permukaan luar maupun dalam berwarna coklat sampai coklat kehitaman, permukaan luar berkerut-kerut dan mempunyai lipatan-lipatan tak beraturan, kulit buah terlihat alur longitudinal yang sangat dalam, sehingga memberi gambaran seakan-akan buah terdiri dari dua truang, bila buah agak kering, perikarp terbelah tepat pada alur longitudinal. Mikroskopik : epikarp terdiri dari selaput sel berbentuk memanjang, pipih, dinding tangensial luar dan dinding radial tebal, warna kuning kecoklatan, agak berlignin poligonal, dinding samping agak tebal. Mesokarp terdiri dari 3 macam jaringan, paling luar jaringan skelerenkimatik yang terdiri dari 3 macam jaringan 7 lapis sel batu berbentuk tidak beraturan atau agak bercabang,dinding sangat tebal berlapis-lapis, berlignin. Penetapan kadar : • Kadar abu.tidak lebih dari 4% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 0,5 % • Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 16% • Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4,5% • Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Isi simplisia : minyak atsiri terutama monofen (kamfen), sinen, diterpen, pinen, linalool, borneol, terpeneol, eugenol, miristen, isoegenol, minyak lemak. Penggunaan : sebagai karminatif dan aromatik. 5. HERBA KROKOT ( PORTULACAE HERBA) Herba krokot adalah bagian tanaman diatas tanah dari Portulaca oleracca L, suku Portulacaceae Pemerian : warna kecoklatan atau coklat tua, tidak berbau dan tidak berasa Makroskopik: Daun tunggal tersebar atau berhadapan, umumnya rontok, dalam keadaan segar berdaging warna hijau,. Helaian daun bentuk bundar telur terbalik, ujung dan pangkal tompul (membundar), panjang helaian sampai 10mm, lebar 4mm. Batang bercabang pendek, bentuk serupa benang-benang bergaris tengah lebih kurang 1,5mm, warna coklat kelabu. Buah berupa buah kotak, panjang 4mm, warna coklat muda pucat, bagian kulit buah terdapat pada ujung cabang atau lepas. Biji banyak warna kehitaman, bentuk bundar, garis tengah lebih kurang 1mm. Mikroskopik: Daun, epidermis atas terdiri dari selapis sel berbentuk empat persegi panjang pada pengamatan tangensial berbentuk poligonal. Epidermis bawah serupa dengan epidermis atas. Mesofil hanya berupa jaringan bunga karang, beberapa sel berisi kristal kalsium oksalat bentuk roset. Bekas pembuluh tipe kolateral, dikelilingi oleh seludang parenkim. Stomata tipe parasitik. Batang: epidermis terdiri dari sel kecil bentuk empat segi panjang. Korteks terdiri dari parenkim ukuran sel besar makin kedalam makin kecil. beberapa sel berisi kristal kalsium oksalat bentuk roset. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar pada bagian dalam korteks. Empulur terdiri dari sel parenkimatik, beberapa sel berisis kristal kalsium oksalat bentuk roset. Serbuk; warna hijau kecoklatan, fragmen pengenal adalah epidermis dengan stomata tipe parasitik, fragmen mesofil dengan trakea dan kristal kalsium oksalat bentuk roset, fragmen trakea batang, fragmen batang dimana beberapa selnya berisi kristal kalsium oksalat bentuk roset, butir-butir pollen (tepung sari/serbuk sari), endokarp, kulit buah. a. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna hitam b. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna bintik-bintik hitam c. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam klorida P: terjadi warna hitam d. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna kuning e. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% dalam etanol P: terjadi warna kuning f. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna kuning g. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna hijau kuning h. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v : terjadi warna hijau kuning i. Timbang 1 g serbuk herba maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah hijau j. Timbang 300mg serbuk kulit dahan campur dengan 5ml metanol P, Panaskan dengan penangas air selama 2 menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl zat warna 1LP. Elusi dengan dikloroetana P dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan anilsaldehida-asam silfat LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 2 3 4 5 6 12-16 30-35 39-43 58-63 68-71 109-114 - Hijau muda - - - - - - Coklat kemerahan Coklat kemerahan - - Jingga Jingga - - - - - Kuning Jingga Floresensi hijau muda Floresensi kuning kehijauan Floresensi kuning kehijauan Jingga floresensi hijau muda catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 18% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 9% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 5,5% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: saponin, steroid/triterpenoid, karoten, vit.C, B1, B2, Ca, Mg, asam organik, glikosida glikoretin Penggunaan: obat gatal, memperbaiki pencernaan 6. DAUN SIRIH (PIPERIS FOLIUM) Daun sirih adalah daun piper betle L. Pemerian : bau aromatik khas, rasa pedas, khas. Makroskopis : daun tunggal, warna coklat kehijauan sampai coklat. Heleian daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit, pinggir daun rata agak menggulung kebawah, panjang 5cm sampai 18,5 cm , lebar 3cm sampai 12cm, permukaan atas rata, licin agak mengkilat, tulang daun agak tenggelam, permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol, permukaan atas berwarna lebih tua dari permukaan bawah. Tangkai daun bulat, warna coklat kehijauan, panjang 1,5 cm sampai 8cm. Mikroskopik : epidermis atas terdiri dari satu lapis sel,bentuk persegi empat, kutikula tebal licin, pada pengamatan tangensial tampak berbentuk poligonal dengandinding samping agak berombak. Pada kedua permukaan daun terdapat rambut penutup dan rambut kelenjar. Rambut pada epidermis terdiri dari satusel,berbentuk kerucut pendek, ujung runcing, dinding tebal, kutikula licin. Rambut kelenjar mempunyai kepala kelenjar bersel satu,bentuk bulat. Hipodermis terdapat pada kedua permukaan daun hipodermis atas umumnya terdiri dari dualapis sel, hipodermis bawah umumnya satu lapis, sel hipodermis berbentuk persegi empat, besar, jernih tersusun rapat, pada hipodermis terdapat sel minyak berisi minyak atsiri berwarna kekuningan. Jaringan palidase terdiri dari 1 lapis sel, terletak dibawah hipodermis atas, mengandung banyak butir hijau daun, juga terdapat sel minyak seperti sel minyak pada hipodermis. Jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapis sel, bentuk sel tidak beraturan, tersusun agak mendatar sel minyak seperti pada palisade. Berkas pembuluh tipe kolateral, daiantra jaringan floem terdapat sel minyak. Diatas berkas sel pembuluh pada tulang daun umumnya terdapat saluran sizogen, parinkem yang sederet dengan palidase terdapat banyak butiran hijau daun,terdapat juga sel hablur bentuk prisma yang tidak larut pada penambahan asam klorida pekat. Serbuk : warna hijau kecoklatan, fragmen pengenal adalah fragmen permukaan daun bagian bawah,fragmen permukaan daunbagian atas, fragmen epidermis atas dan epidermis bawah,fragmen mesofil, fragmen pembuluh kayu. Penetapan kadar : • kadar abu. Tidak lebih dari 14% • kadar abu tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 7% • kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 14% • kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4,5% • bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. Isi simplisia : minyak atsiri mengandung hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvokrol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, tanin. Penggunaan : antisariawan, antibatuk, adstringen, antiseptik. 7. BUAH PARE (MOMORDICAE FRUCTUS) Buah pare adalah buah Momordica charantia L, suku Cucurbitaceae Pemerian warna coklat bau langu rasa pahit Makroskopik, simplisia terdiri dari irisan melintang buah berbentuk cincin atau gelang dengan tepi tidak rata dan tidak beraturan, diameter 1,5cm sampai 5cm, tebal 3mm sampai 5mm warna coklat kekuningan bagian luar warnanya lebih tua dibandingkan bagian dalam Mikroskopik: Pada penampnag melintang tampak daging buah terdiri dari endokarp mesokarp dan eksokarp. Eksokarp terdiri dari satu lapis sel epidermis bentuk segiempat. Pada epidermis terdapat kutikula dan rambut kelenjar terdiri dari dua sel tangkai dan tiga sel kepala. Dibawah epidermis terdapat lapisan kolenkim terdiri dari sel berbentuk poligonal atau bundar dengan ukuran lebih besar dari sel epidermis. Bagian ini mengandung kloroplas sehingga berwarna hijau. Bagian mesokarp terdiri dari sel parenkim bentuk poligonal makin kedalam ukurannya makin besar, mengandung kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan resin. Bagian endokarp terdiri dari sel parenkim panjang-panjang serabut dan berkas pembuluh. Pada bagian dalam endokarp terdapat jaringan berasal dari daun buah terdiri sari sel bentuk bundar, berdinding tebal dengan ruang antar sel bentuk segitiga. Pada sayatan paradermal nampak epidermis bentuk poligonal hampir bundar dan sel yang mengandung resin. Serbuk: warna putih kecoklatan, bau khas dan rasanya pahit. Fragmen pengenal adalah sel epidermis tampak paradermal bentuk poligonal hampir bundar. Sel parenkim mesokarp berbentuk poligonal dengan sel mengandung resin berwarna kuning coklat. Sel parenkim endokarp bentuk bundar berdinding tebal dengan ruang antar sel berbentuk segitiga, fragmen serabut dan trakea penebalan bentuk spiral rambut kelenjar dan kristal oksalat. identifikasi a. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat b. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes asam nitrat P: terjadi warna kuning c. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes asam nitrat P 25% v/v: terjadi warna kuning d. Pada 2 mg serbuk buah tambah 5 tetes amonia 25% P: terjadi warna kuning e. Timbang 1g serbuk buah tambahkan 100ml air panas, didihkan selama 5 menit, saring. Filtrat kocok vertikal didalam tabung reaksi biarkan 10 detik sampai 10menit. Terbentuk busa stabil setinggi 1cm. f. Timbang 500mg serbuk buah maserasi dengan 10ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat pekat P: terjadi warna ungu hijau g. Timbang 500mg serbuk buah tambahkan 1ml asam klorida 2N dan 9ml air, panaskan diatas penangas air selama 2 menit, saring. masing-masing pada 3 tetes filtrat diatas kaca arloji tambahkan dua tetes Bouchardat LP, terbentuk endapan coklat, tambahkan Mayer LP terbentuk endapan putih sisa filtrat kocok dengan 3ml amonia P dan 10 ml campuran. Ambil fase organik tambahkan natrium sulfat anhidrat P saring. Uapkan filtrat diatas penangas air. Larutkan sisa dengan HCl 2N. Pada masing-masing 3 tetes larutan tambah asam fossomolidat P terbentuk endapan putih, tambah Bouchardat LP terbentuk endapan coklat, tambahkan Mayer LP terbentuk endapan putih, tambahkan Dragendorff LP, terbentuk endapan coklat hitam, tambah Hager LP terbentuk endapan putih kuning. h. Timbang 500mg serbuk buah tambahkan 1ml HCl 2N dan 9ml air. Panaskan diatas penangas air selama 2menit, dinginkan dan saring. filtrat kocok dengan 3ml amonia P dan 10ml campuran 3 bagian eter P dan 1 bagian kloroform P. Ambil fase organik. tambhkan natrium sulfat anhidrat P saring. uapkan filtrat diatas penangas air residu larutkan dengan metanol secukupnya sehingga diperoleh 5ml larutan. pada titik pertama dan kedua dari lempeng KLT totolkan 20μl dan 10μl larutan pembanding stiknina dalam metanol P. Elusi dengan campuran: kloroform P – dietilamin P (90+10) dengan jarak rambat 15cm, amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366nm. Semprot lempeng dengan Dragendroff LP, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366nm. Pada kromatogram tampak bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut : NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 8-11 Kuning Jingga Kuning, jingga - 2 14-16 Kuning Jingga Kuning, jingga - 3 43-42 - - Biru Biru ungu 4 98-101 - - Kuning - 5 102-105 - Jingga - - catatan: harga hRx dihitung terhadap warna jingga dari kromatogram pembanding striknina nitrat. Kadar abu tidak lebih dari 10,5% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 0,5% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 8,5% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 2% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: Alkaloid momordisisn, karoten, glikosida, saponin, sterol/terpen Penggunaan: obat kencing manis (antidiabetes) 8. DAUN ALAMANDA ( ALAMANDAE FOLIUM) Daun alamanda adalah daun Allamanda cathartica L. Suku apocynaceae. Pemerian : tidak berbau dan rasa pahit Makroskopik : daun tunggal, berwarna coklatkehijauan, helaian daunberbentuk lanset, panjang 10cm sampai 20cm,lebar 2cm sampai 6cm, ujung daun meruncing, pangkal daun agak meruncing, pinggir rata, permukaan daun halus agak mengkilat, daun bertangkai pendek. Mikroskopis : pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis terdiri dari satu sel berbentuk empat persegi panjang, epidermis bawah terdiri dari satu sel lapis sel juga berbentuk empat persegi panjang, stomata hanya terdapat pada epidermis bawah. Rambut penutup berbentuk kerucut panjang, bersel tunggal, kutikula tebal, terdapat pada epidermis bawah. Mesofil meliputi jaringan palidase terdiri dari satu lapis sel, jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapis sel bentuk tidak beraturan, berongga. Saluran getah terdapat dekat tidak beraturan, berongga. Saluran getah terdapat dekat dengan berkas pembuluh. Berkas pembuluh tipe kolateral, pada sayatan paradermal tampak epidermis berbentuk poligonal, dinding antiklinal agak berombak, stomata tipe parasitik. Serbuk : berwarna hijau tua, fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan palidase dan artefak, epidermis bawah dengan stomata dan rambut kelenjar, rambut penutup, fragmen mesofil, trakca penebalan tangga, jala atau spiral. Penetapan kadar • Kadar abu. Tidak lebih dari 4% • Kadar sari larut dalam air. Tidak kurang dari 8% • Kadar sari larut dalam etanol. Tidak kurang dari 6% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1% • Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Isi simplisia : triterpenoid resin Pengguanaan : pencahar (purgatif), penyebab muntah (emetik). 9. DAUN PUTRI MALU (MIMOSAE PUDICAE FOLIUM) Daun putri malu adlah dau Mimosa pudica L, suku Mimosaceae Pemerian warna hijau kecoklatan sampai hijau keunguan, bau agak keras, mula-mula tidak berasa lama-lama timbul rasa tebal dilidah (anestesis) Makroskopik: Daun berupa daun majemuk menyirip genap, ganda dua dengan dua pasang cabang pada ibu tangkai daun. Anak daun tersusun menyirip dan melipat ke dalam sepanjang cabang hingga berupa sirip sebanyak 5 sampai 26 pasang, bentuk anak daun memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, pinggir rata, permukaan atas dan bawah licin, panjang 6 mm sampai 16mm, lebar 1mm sampai 3mm. Mikroskopik: Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, dinding tipis berkutikula tipis. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, lebih kecil dari epidermis atas. Pada sayatan paradermal tampak epidermis berbentuk poligonal, dinding bergelombang. terdapat stomata tipe parasitik. Mesofil meliputi jaringan tiang terdiri dari satu lapis. silindrik, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel. Berkas pembuluh tipe kolateral di kelilingi serabut sklerenkim berdinding tebal dan berlignin. Terdapat kristal kalsium oksalat bentuk prisma. Serbuk: warna hijau, fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata tipe parasitik, fragmen mesofil dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma, berkas pembuluh tipe kolateral, fragmen serabut sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat tua b. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna coklat muda c. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna coklat jingga d. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P: terjadi warna kuning e. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna kuning jingga f. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam g. 1 g serbuk daun tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, ambil 5ml filtrat tambahkan serbuk magnesium, 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol P kocok hingga warna amil alkohol merah h. 1g serbuk daun maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat P (pereaksi Libbermann Bouchard) terjadi warna merah violet tau hijau kemudian menjadi biru. i. Pada 100mg serbuk daun tambahkan 10ml air panas dididihkan , saring ambil 5ml filtrat tambahkan larutan besi (III) klorida 1% b/v menjadi hijau violet j. Timbang 300mg serbuk daun, campur dengan 5ml metanol P, panaskan dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan metanol P secukupnya hingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 2 3 4 5 6 70-80 92-102 114-128 116-180 262-272 276-286 - - - - Hijau Hijau kekuningan Kuning - - - Hijau Hijau Hijau lumut Hijau lumut - Hijau lumut Jingga Jingga Hijau Floresensi hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau Jingga Jingga catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 10% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 9% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 7% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Isi: Tanin 6,8%, flavonoid, steroid/triterpenoid, sterol Penggunaan: Amara, anti inflamasi 10. DAUN JERUK PURUT (CITRIS HYSTRICIS FOLIUM) Daun jeruk purut adalah anak daun dari daun majemuk, citrus hystric DC., suku rutaceae. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 1% v/b. Pemerian : warna coklat kehijauan atau coklat kekuningan, bau khas, aromatik, harum, tidak berasa. Makroskopik : daun jeruk purut merupakan daun majemuk menyirip, beranak daun satu panjang daun 15cm lebar 6cm. Dalam keadaan segar berbau harum bila diremas. Permukaan atas daun agak mengkilat, permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau kekuningan, buram, kedua permukaan licin, banyak bintik-bintik kecil jernih. Helaian anak daun bentuk bundar terur samapai bundar telur memanjang atau lonjong, pangkal memundar atau tumpul, ujung tumpul samapai meruncing menumpuk agak terbelah, pinggir beringgit, ibu tangkai daun sebagian melebar hingga menyerupai helaian anak daun bentuk bundar telur terbaik sampai bentuk jantung terbaik memanjang, pangkal tumpul atau memundar, ujung memundar atau agak melekuk, panjang bagian melebar sampai 7cm, lebar sampai 5cm, panjang ibu tangkai yang melebar sampai 7mm. Mikroskopik : pada penampangan melintang melaui tulang daun tampang epidermis atas terdiri dari satu lapisan sel bentuk segiempat memanjang, terdapat lapisan kutikula, epidermis bawah terdiri dari satu lapisan sel serupa dengan sel epidermis atas dengan ukuran lebih kecil, terdapat stomata. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari dua lapisan sel, bentuk silinderik. Tersusun agak rapat,terdapat kristalkalsium oksalat, bentuk prisma. Rongga minyak bentuk skizolisigen dan terdapat banyak dibagian atas daun, jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapisan sel, bentuk poligonal, berkas pembuluh tipe kolateral, dikelilingi serabut poligonal. Dinding antiklinal rata, epidermis bahwa bentuk poligonal, dinding antiklinal agak berombak , stomata tipe parasitik.Serbuk : warna hijau. Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan kristal kalsium oksalat bentukprisma dan rongga minyak skizolisigen, epidermis bawah dengan stomata tipe parasitik, serabut sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma. Penetapan kadar : • Kadar abu tidak lebih dari 9% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1% • Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 5% • Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4% Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Isi simplisia : tanin 1,8%, steroid/triterpenoid, minyak atsiri 1-1,5% v/b. Penggunaan : stimulan , penyegar. 11. DAUN MINDI (MELIAE FOLIUM) Daun Mindi adalah anak dau Melia azadarach L, suku Meliaceae. Pemerian warna hijau , hijau kekuningan, hijau kecoklatan tidak berbau , rasa agak pahit Makroskopik: Helaian anak daun bentuk asimetrik, lanset sampai jorong, bundar telur sampai memanjang, tepi bergerigi, ujung runcing sampai meruncing, panjang 1,75 cm, lebar 0,75cm sampai 3,5cm, permukaan atas dan bawah licin. Mikroskopik: Pada penampang melintang melalui tulang daun, tampak epidermis atas terdiri dari selapis sel bentuk empat persegi panjang, kutikula agak tebal, pada pengamatan tangensial bentuk poligonal dengan dinding agak berbelok-belok, terdapat rambut penutup terdiri dari satu sel bentuk kerucut. Epidermis bawah terdiri dari satu sel bentuk serupa dengan epidermis atas terdapat stomata tipe anomositik dan rambut penutup terdiri dari satu sel. Jaringan palisade terdiri atas selapis sel silindrik, mengandung kristal kalsium oksalat bentuk roset kadang-kadang dalam satu sel terdapat beberapa kristal. Jaringan bunga karang terdiri dari sel bentuk hampir bundar, dengan ruang antar sel yang lebar diantaranyaterdapat sel dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset. Pada tulang daun terdapat jaringan kolenkim dibawah epidermis atas dan bawah. Berkas pembuluh tipe bikolateral, parenkim berisi kristal kalsium oksalat berbentuk roset. Serbuk: warna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah epidermis dengan stomata tipe anomositik, rambut penutup terdiri dari satu sel, fragmen mesofil dengan beberapa sel berisi kristal kalsium bentuk roset dan fragmen berkas pengankut dengan penebalan spiral. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat hitam b. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna coklat c. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asamklorida pekat P: warna kuning pucat d. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam asetat encer P: warna kuning coklat e. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna kuning f. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P: terjadi warna kuning g. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna coklat h. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam i. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v: terjadi warna kuning coklat j. 1 g serbuk daun tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, ambil 5ml filtrat tambahkan serbuk magnesium, 1ml HCl P dan 5ml amil alkohol P kocok hingga warna amil alkohol merah kekuningan k. Timbang 300mg serbuk daun, campur dengan 5ml metanol P, panaskan dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan metanol P secukupnya hingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik pertama dan kedua lempeng KLT totolkan 25 μl filtrat dan pada titik ketiga totolkan 10 μl pembanding. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-asam asetat glasial P- air (50+30+7+3+10) dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan pereaksi alumunium (III) klorida 1% LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: No hRx Dengan Sinar Biasa Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 96-108 - - Hijau lumut Floresensi ungu Jingga Jingga Hijau Fluoresensi ungu Jingga Jingga 2 236-248 - - 3 256-264 Hijau Hijau 4 272-284 Hijau kekuningan Hijau catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak pembanding rutin. harga Hrf rutin lebih kurang 33. Kadar abu tidak lebih dari 8% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 10% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 9% Isi: Alkaloid P-isina, senyawa flavonoid rutin, nidin, okidin, okinal, saponin, tanin 1,4%, steroid/triterpenoid Penggunaan: Obat penyakit kulit 12. PATIKAN KEBO (HIRTATE HERBA) Herba patikan kebo adalah tanaman eurpobia hirta L.seluruhnya. Pemerian,bau lemah; rasa agak pahit. Makroskopik. Akar utama adalah akar tunggang, bagian yang tertebal bergaris tengah lebih kurang 5 umumnya rapuh dan mudah patah warna hijau tua sampai hijau kelabu , bentuk jorong meruncing sampai tumpul atau berbentuk bundar panjang dengan pangkal tidak sama ;permukaan atas dan bawah berambut, panjang helai daun 0,5 cm sampai 5 cm, lebar 0,5 cm sampai 2,5 cm,tepi daun bergigi . bunga kecil ,bergerombol dalam karangan berbentuk bola yang bergaris tengah lebih kurang 1 cm. buah berongga tiga ,panjang 1mm sampai 2 mm,garis tengah lebih kurang 1mm.biji berjumlah tiga bersisi empat , berwar coklat kemerahan . Mikroskopik batang : sel epidemis berwarna kekuningan, kutikula berbintik. Pada epidemis terdapat banyak rambut , rambut dapat dibedakan menjadi 2 tipe. Rambut tipe berwarna kuning sampai kuning kecoklatan, bentuk kerucut , terdiri dari 2 sel sampai 12 sel,dinding tebal, kutikula kasar, jelas berbintik. Rambut tipe kedua tidak berwarna, bentuk kerucut melengkung, terdiri dari 2 sel sampai 7 sel, dinding lebih tipis, kutikula berbintik halus; pangkal rambut pertama 3 sampai 6 kali lebar pangkal rambut tipe kedua. Korteks parenkimatik;saluran getah tersebar dalam jaringan korteks dan floem.berkas pembuluh kolaterai; xilem tersusun dalam lingkaran,pembuluh kayu bergaris tengah lebih kurang µm,disebelah luar floem terdapat serabut persikel. Pada batang yang lebih tua jaringan parenkim empulur teroyak akar:dibawah epidemis terdapat beberapa sel gabus yang dengan penambahan larutan sudan III berwarna merah ; hamper bagian pertengahan dari akar terdapat ikatan xilem dan floem. Pada perenkim korteks, floem dan empulur terdapat getah daun :epidemis terdiri 1lapis sel-sel besar, pada pandangan tangensial tampakmdinding samping bergelombang. Stomata tipe anomositik(ranunculaceac). Jaringan plasade terdiri dari 1 lapis sel yang tidak sama tinggi.berkas pembuluh tipe kolateral ,terdapat dibawah jaringan palisade dan diantara jaringan bungakarang , berkas pembuluh jelas dikelilingi oleh soatu seludang yang terdiri dari satu sel besar berdinding tipis dan berisi hijau daun. Epidemis dibawah berpenonjolan serupa papil pada penampang tangensial berbentuk poligonal dengan dinding samping lurus, kutikula tipis. Stomata seperti pada epidermis atas panjang 170 μm sampai 200μm. Rambut penutup terdiri dari 3 sel sampai 7 sel, panjang 250μm sampai 630μm. Kutikula rambut jelas berbintik. Buah: kulit buah mempunyai epidermis berpapil dan berambut, dinding tipis kutikula jelas berbintik lapisan yang terdiri dari sel-sel berbentuk serabut pendek, berlignin, tersusun tangensial, lapisan serupa palisade jernih, dinding tipis tersusun radial, lapisan yang terdiri dari sel-sel berbentuk serabut pendek dengan ujung membulat, berlignin, tersusun tangensial. Biji: didalam kulit terdapat 1 lapis sel-sel kecil berbentuk poligonal, dinding tebal warna kuning kecoklatan. Sel-sel endospermkecil berdinding tipis. Serbuk: warna hijau sampai hijau kelabu. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas dan bawah. stomata tipe anomositik yang terdapat pada kedua epidermis: rambut penutup dengan kutikula berbintik, kadang beberapa sel berkerut atau berputar, fragmen mesofil dengan seludang parenkim di sekitar berkas pembuluh; fragmen kulit buah; fragmen kulit biji berwarna kecoklatan; fragmen saluran getah; pembuluh kayu berpenebalan spiral; tangga dan pembulu bernoktah. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat hijau b. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam klorida pekat P: terjadi warna coklat merah c. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% P b/v: terjadi warna coklat merah d. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v: terjadi warna coklat merah e. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna hijau coklat f. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna biru hitam g. Timbang 1 g serbuk herba maserasi dengan 20ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah hijau h. Timbang 500mg serbuk herba campur dengan 5ml metanol P, Panaskan dengan penangas air selama 2 menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. pada titik pertama dan kedua lempeng KLT silika gel GF254 P totolkan 20 μl dan 5μl zat warna 2LP. Elusi dengan campuran etil asetat P- metiletil keton- asam format P- air (50+30+10+10) dengan jarak rambat 15cm. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan larutan alumunium klorida 1% dalam etanol LP amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 27 – 36 - - Biru Coklat 2 55 – 64 - - Biru Coklat tua 3 64 – 74 - - Biru Coklat 4 76 – 86 - - Biru Coklat merah 5 86 – 96 - - Biru Kuning 6 107 – 115 - - Coklat merah Coklat merah 7 119 – 131 - - Coklat merah Kuning coklat 8 133 – 145 - - Biru Biru kuning 9 148 – 159 - - Biru Biru muda catatan: Harga hRx dihitung terhadap bercak warna biru dari kromatogram zat warna II LP Kadar abu tidak lebih dari 8,9% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 3% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 20% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 16,9% Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi simplisia: Triterpenoid,eufol, beta-eufol, euforbol dan tirukalol, eufosterol, flavonoida, tanin Penggunaan: Sedatif 13. BUNGA CENGKEH (CARYOPHILLI FLOS) Bunga cengkeh adalah kuncup bunga Syzygium aromaticum (L). Merr. & Perry, sinonim Eugenia caryophyllus (Spreng). Bullock et Harison, Eugenia caryophyllata Thunb, Eugenia aromatica (L) Labill, suku Myrtaceae. Pemerian : warna cokelat bau aromatic kuat rasa agak pedas Makroskopik : bunga panjangnya 10mm sampai 17,5mm, dasar bunga (hipatium) berisi 4, agak pipih, bagian atas maliputi bakal buah yang tenggelam berongga dua berisi banyak bakal buah melekat pada sumbu plasenta. Daun kelompak 4 helai tebal bentuk bundar telur atau segitiga, runcing, lepas. Daun mahkota 4 helai warna lebih muda dari warna kelopak, tidak mekar tipis seperti selaput, saling menutup seperti susunan genting. Benang sari banyak berbentuk melengkung ke dalam : tangki agak silinder atau segi empat panjangnya 2,5mm sampai 4mm. Mikroskopik: Pada penampang melintang bunag di bawah bakal buah tampak sel epidermis bentuk empat persegi panjang terdiri dari satu lapis sel dengan kutikula tebal, pada pengamatan paradermal tampak sel epidermis bentuk poligonal dengan dinding sel rata: stomata bundar tipe anomositik. Pada bagian korteks terdapat beberapa lapisan sel parenkim bentuk poligonal atau hampir bundar. Pada bagian dalam terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, serabut sklerenkim dan sel batu. kristal kalsium oksalat bentuk roset terdapat disemua bagian. Parenkim pusat terdiri dari beberapa lapis sel kecil membentuk cincin dengan ruang antar sel yang besar. Pada daun mahkota dan kelopak tampak epidermis atas dan bawah bentuk empat persegi panjang bila tampak paradermal bentuk poligonal, diantaranya terdapat parenkim bentuk poligonal, kelenjar minyak skizolisigen, kristalkalsium oksalat bentuk roset dan berkas pembuluh. Serbuk: warna coklat Fragmen pengenal adalah fragmen dasr bunga (hipantium), sel epidermis dengan kutikula tebal, stomata tipe anomositik, kelenjar minyak skizolisigen lepas atau dalam sel, fragmen epidermis daun mahkota dan daun kelopak tampak tangensial, fragmen parenkim pusat dengan ruang antar sel besar, fragmen tangkai sari, kepala sari dan serbuk sari berkelompok atau lepas bentuk segitiga dengan garis tengah 15μm sampai 20μm, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral, fragmen serabut sklerenkim dan kristal kalsium oksalat bentuk roset, fragmen sel batu. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna merah hati b. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam nitrat P: terjadi warna jingga c. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam sulfat P 25% v/v: warna jingga d. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P: warna hijau tua e. Timbang 500 mg serbuk bunga, maserasi dengan 10ml eter selama 2jam, saring. Ambil 5ml filtrat uapkan tambahkan pada residu 2 tetes asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P: terjadi warna ungu hijau f. Timbang 1 g serbuk bunga tambahkan 100ml air panas didihkan selama 5menit saring, pada filtrat tambahkan serbuk magnesium, 2ml larutan alkohol klorhidrik dan amil alkohol P kocok hingga warna amil alkohol merah g. Timbang 50mg serbuk bunga masukan dalam tabung mikrodestilasi yang telah diberi glass wool diujung dekat bagian kapiler. Masukkan tabung mikrodestilasi dalam tanur TAS yang sudah dipanaskan pada suhu 500C selama 30 menit dan dipasang lempeng KLT. Atur suhu sampai 2200C. Pada titik pertama dari lempeng KLT pelapis akan tampak totolan yang dihasilkan dari tanur TAS, pada titik kedua totolan 10μl lrutan pembanding eugenol dalam metanol P. Elusi dengan benzena P dengan jarak rambat 15cm. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida asam sulfat LP. Panaskan pada suhu 1000 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 16 – 29 Kuning Kuning Ungu Kuning 2 38 – 56 - Abu-abu Ungu - 3 56 – 82 - Coklat abu Ungu Coklat 4 82 – 96 - Pink ungu Ungu - 5 111 – 129 - Abu-abu Biru ungu Coklat 6 129 – 176 - Merah Biru ungu Biru 7 182 – 189 - Kuning tua Ungu Coklat 8 193 – 204 - Pink - - 9 204 – 216 - Ungu Ungu - Catatan : Harga hRx dihitung terhadap bercak warna ungu dari kromatogram pembanding eugenol. Harga hrf bercak berwarna ungu hijau lebih kurang 45 Kadar abu tidak lebih dari 6% Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 0,5% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 5,5% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi: Sterol/terpen, flavonoid, asam gallotanin, kariofilen, vanilin, eugenin, gum, resin dan minyak atsiri yang mengndung senyawa fenol yang sebagian besar terdiri dari eugenol bebas dan sedikit eugenol asetat, seskuiterpena, sejumlah ester kecil ester keton dan alkohol. Penggunaan: Anestetika gigi, karminativa, zat tambahan dan aromatika. 14. BUNGA MELATI (JASMINI FLOS) Bunga melati adalah bunga Jasminum sambac (L) W Alt, suku Oleaceae. Pemerian. Bau harum lemah, tidak berasa Makroskopik: Mahkota bunga berbentuk terompet, berbentuk lembaran agak mengerut, mahkota bunga panjang 0,6cm sampai 1cm, tangkai bunga panjang 0,7cm sampai 1cm. Mikroskopik: Pada penampang melintang bunga, tampak epidermis daun mahkota berbentuk hampir bulat diderah ini terdapat berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral, epidermis kelopak berbentuk segi empat. Sayatan paradermal tampak epidermis daun mahkota bentuk poligonal, dinding antiklinal rata. Serbuk sari bulat atau hampir segitiga (triporat). Serbuk: warna kecoklatan. Fragmen pengenal adalah epidermis daun mahkota, papila daun mahkota, parenkim daun mahkota dengan berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral, epidermis dengan papila terlihat tangensial, serbuk sari. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna kuning b. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna kuning hijau c. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5%: terjadi warna kuning d. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam klorida pekat P: terjadi warna kuning coklat e. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna kuning f. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes asam asetat encer P: terjadi warna kuning g. Pada 2 mg serbuk bunga tambah 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v: terjadi warna kuning h. Mikrodestilasikan 20mg serbuk bunga pada suhu 2400C selama 90 detik menggunakan tanur TAS tempatkan hasil mikrodestilasi pada titik pertama lempeng KLT h. Timbang 300mg serbuk bunga campur dengan 5ml metanol P dan panaskan diatas tangas air selama 2menit, dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P secukupnya sehingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik kedua lempeng KLT totolkan 25μl filtrat dan pada titik ketiga 10μl zat warna 1LP. Eluasi dengan dikloroetena P dengan jarak rambat 15cm, keringkan lempeng diudara selama 10 menit, eluasi lagi dengan benzena P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida asam sulfat LP. Panaskan pada suhu 1100 C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 1 1-4 - Lembayung Hijau Hijau 2 7-11 - Lembayung Hijau Hijau 3 15-21 - Merah Hijau Hijau 4 23-27 - Merah - - 5 27-33 - Coklat merah Hijau Hijau 6 32-36 - Merah Lembayung - - 7 40-46 - Lembayung - - 8 46-50 - Coklat Hijau Hijau 9 50-54 - Lembayung - - 10 54-58 - - Biru hijau Biru hijau 11 58-61 - Lembayung - - 12 61-64 - Coklat Biru Hijau Biru 13 67-71 - Lembayung Kuning Kuning 14 73-77 - Lembayung Hijau Kuning 15 81-85 - Merah coklat Biru ungu Biru ungu 16 92-96 - Lembayung Kuning Kuning 17 99-103 - Lembayung Biru Biru Catatan: Harga Rx dihitung terhadap bercak warna merah . hRf bercak warna merah = 68 Kadar abuyang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 0,5% Kadar abu yang tidak larut dalam air Tidak kurang dari 3% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 5% Bahan organik asing tidak lebih dari 2% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi: Minyak atsiri, asam format, asam format, asam benzoat, asam asetat ester metil antranil, seskuiterpen, seskuiterpen alkohol. Penggunaan: Korigen odoris, penurun panas (antipiretik), penghenti air susu ibu (ASI) 15. DAUN MANGGIS (GARCINIAE FOLIUM) Daun manggis adalah daun Garcinia mangostana L, suku Clusinceae Pemerian Tidak berbau rasa agak kelat Makroskopik: Helaian daun umumnya tidak utuh, warna kelabu sampai hijau kecoklatan bentuk jorong sampai jorong memanjang, panjang 12cm, sampai 23cm lebar 4,5cm sampai 12cm. Ujung daun meruncing pangkal daun meruncing pinggir daun merata. tangkai daun 1cm sampai 1,5cm. Tulang cabang menyirip hampir sejajar. Peermukaan atas agak mengkilap permukaan bawah agak buram. Mikroskopis: Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tebal, tidak terdapat stomata, epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel bentuk empat persegi panjang, kutikula tebal terdapat stomata. Mesofil meliputi jaringan palisade meliputi jaringan palisade terdiri 2 lapis sel kecil, silindrik, hablur kalsium oksalat berbentuk roset terdapat pada mesofil, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel yang bundar atau silindrik, idioblas damar terdapat pada mesofil. Berkas pembuluh tipe bikolateral dikelilingi seludang sklerenkimyang berlignin, di sisi bawah terdapat beberapa berkas pembuluh tipe kolateral, kecil dan berseludang sklerenkim. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan bawah berbentuk poligonal, dinding lurus dan stomata tipe parasitik. Serbuk warna kuning kecoklatan. fragmen pengenal adalah mesofil dengan sel damar, hablur kalsium oksalat bentuk roset, fragmen epidermis atas dan bawah berbentuk poligonal, dan dinding lurus, stomata tipe parasitik, serabut berdinding tebal, dan lumen sempit, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan jala. Identifikasi a. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat P: terjadi warna coklat merah b. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol: terjadi warna kuning kecoklatan c. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes asam sulfat 10N: terjadi warna kuning kecoklatan d. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes amonia (25%) P: terjadi warna merah e. Pada 2 mg serbuk daun tambah 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v : terjadi warna kuning kehijauan f. Timbang 300mg serbuk daun campur dengan 5ml metanol P panaskan dengan penangas air selama 2menit dinginkan saring cuci endapan dengan metanol P hingga diperoleh 5ml filtrat. Pada titik pertama, kedua dan ketiga lempeng KLT totolkan masing-masing 40μl filtrat. Pada titik keempat totolkan 5μl zat warna 1LP. Elusi dengan dikloroetana P dengan jarak rambat 15cm. keringkan lempeng diudara selama 10 menit, eluasi lagi dengan toluena P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Selanjutnya semprot dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP, panaskan pada suhu 1100C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar UV 366nm. Dengan perlakuan yang sama seperti biasa dengan cara kerja diatas dilakukan juga penyemprotan dengan pereaksi AlCl3. Pada kromatogran tampak bercak dengan warna hRx sebagai berikut: NO hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi I II I II 1 5-8 Kuning - Kuning - Kuning - 2 15-19 - Hijau Hijau - Hijau Hijau 3 19-24 Hijau Violet - Merah - Merah 4 42-48 - Hijau Kuning Ungu Merah - 5 48-55 - - - Ungu - Kuning 6 58-63 - - - - Biru - 7 68-71 - - - - Hijau - 8 111-114 Kuning - - - - - 9 115-118 - Ungu - - - - Catatan: Harga Rx dihitung terhadap bercak warna merah (yang diamati dengan sinar biasa atau warna ungu dengan sinar UV 366nm). hR bercak warna merah=65 Tanda I : pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP II : pereaksi AlCl3 LP Kadar abu. tidak lebih dari 4% Kadar abuyang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 0,1% Kadar sari yang tidak larut dalam air Tidak kurang dari 12% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 26% Bahan organik asing tidak lebih dari 2% Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi: Terpenoid, tanin, resin mangostin Penggunaan: Adstringen, antipiretik

Gasterionteritis

PARASITOLOGI INFEKSI PADA LAMBUNG Nama Kelompok 3 :  M. Iswandi E0013027  M.Aditya Arif Firman E0013028  Naila Sylviatullatviya E0013029  Neni Agusetianti E0013030  Neli Kusumawati E0013031  Nilla Yuliana Ardiyanti E0013032  Niza Kholifatun K E0013033  Novia Nur Anggraeni E0013034  Nur Addinika Idariani E0013035  Nur Latipah E0013036  Nurul Istiqomah E0013038  Peni E0013039  Ranita E0013040 S1 FARMASI STIKES BHAMADA SLAWI KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan dibuat makalah ini agar lebih memahami materi mengenai parasitologi yang akan dibahas dalam makalah ini. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, tentulah kami banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh karena itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-makalah yang lainnya. Tak lupa, kami juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang kesehatan pada umumnya. Slawi, Maret 2014 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………............................................ii DAFTAR ISI…………………………………………………….........................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………...............................................................4 B. Tujuan penulisan …………………...……………....................................4 C. Rumusan Masalah......................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Gastroenteritis.........................................................................5 B. Gejala dan Tanda.......................................................................................5 C. Penyebab Gastroenteritis ...........................................................................6 D. Penularan Gastroenteritis............................................................................7 E. Pencegahan Gastroenteritis........................................................................8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..........................11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Lambung adalah adanya infeksi pada saluran pencernaan yang mengakibatkan muntah, diare, atau keduanya dan sering juga di sertai dengan demam atau kram perut. Infeksi pada lambung biasanya disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit. Infeksi pada lambung ini biasanya menyerang anak di bawah usia lima tahun, ini tentunya sangat mengganggu pada anak-anak karena anak-anak tidak bisa bermain dan berkembang dengan sebagai mana mestinya. Pada penderita infeksi lambung tubuh akan selalu merasa lemas dan rasa yang tidak nyaman. Di negara berkembang anak-anak sangat mudah sekali terinfeksi lambung, jutaan anak-anak meninggal setiap tahun nya karena diare yang disebabkan infeksi pada lambung. Penyebab penyakit radang lambung adalah adanya virus, bakteri seperti escherichia coli (penyebab diare), vibrio cholerae (penyebab kolera), salmonella (penyebab tipes), shigella (penyebab infeksi pada saluran pencernaan) dan parasit giardia yang menyebabkan adanya infeksi pada lambung. Virus-virus ini umumnya menyebar dari tangan ke mulut namun bisa juga melalui bersin dan ludah. Infeksi lambung juga bisa di akibatkan keracunan makanan, makanan yang telah terkontaminasi dengan bakteri, bakteri itu akan mengeluarkan racun yang menyebabkan muntah atau diare. B. Rumusan Masalah 1. Adakah kemungkinan parasit yang hidup di Lambung ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk menyelesaikan tugas dalam matakuliah Parasitologi yang ditugaskan oleh dosen pembimbing. 2. Mempelajari akibat yang ditimbulkan oleh gangguan parasit pada lambung BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan ("-itis") pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung ("gastro"-) dan usus kecil ("entero"-), sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut. Gastroenteritis juga sering disebut sebagai gastro, stomach bug, dan stomach virus. Walaupun tidak berkaitan dengan influenza, penyakit ini juga sering disebut flu perut dan flu lambung. Secara global, sebagian besar kasus pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus. Pada orang dewasa, norovirus dan Campylobacter menjadi penyebab yang lebih umum. Penyebab lain yang lebih jarang ditemukan yakni bakteri lain (atau racun bakteri) dan parasit. Penularannya bisa terjadi karena konsumsi makanan yang dimasak secara tidak benar atau air yang terkontaminasi atau melalui persinggungan langsung dengan orang yang terinfeksi. Yang paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang cukup. Untuk kasus ringan atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan rehidrasi oral. Untuk kasus yang lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan. Gastroenteritis paling banyak terjadi pada anak-anak dan masyarakat di negara berkembang. B. Gejala dan Tanda Gastroenteritis biasanya disertai dengan diare dan muntah, meskipun tidak terlalu banyak terjadi, hanya disertai dengan salah satu gejala tersebut. Kejang perut juga bisa timbul. Tanda-tanda dan gejala biasanya muncul 12–72 jam setelah terjangkit agen penginfeksi. Bila disebabkan oleh virus, kondisi ini biasanya membaik dalam satu minggu. Beberapa gejala yang diakibatkan oleh virus juga mungkin diasosiasikan dengan demam, letih, sakit kepala, dan nyeri otot. Jika tinja mengandung darah, lebih kecil kemungkinannya disebabkan oleh virus dan lebih besar kemungkinannya disebabkan oleh bakteri. Beberapa infeksi bakteri juga bisa diasosiasikan dengan nyeri perut akut dan mungkin bertahan selama beberapa minggu. Anak-anak yang terinfeksi rotavirus biasanya sembuh total dalam tiga sampai delapan hari. Akan tetapi, di negara-negara miskin, perawatan untuk infeksi akut seringkali sulit didapatkan sehingga biasanya diare terus-menerus terjadi. Dehidrasi merupakan komplikasi umum dari diare, dan pasien anak dengan tingkat dehidrasi parah bisa mengalami pengisian kembali pembuluh kapiler berkepanjangan, turgor kulit yang buruk, dan pernapasan abnormal. Infeksi berulang biasanya ditemukan di tempat-tempat dengan sanitasi buruk, dan malnutrisi, yang dapat menghambat pertumbuhan, dan keterlambatan kognitif jangka panjang. Artritis reaktif terjadi pada 1% dari kelompok yang terinfeksi spesies Campylobacter , dan 0,1% mengalami sindrom Guillain-Barre. Sindrom uremik-hemolitik (HUS) dapat terjadi karena infeksi spesies Escherichia coli atau Shigella yang mengeluarkan racun Shiga, sehingga mengakibatkan jumlah trombosit yang rendah, fungsi buruk ginjal, dan jumlah sel darah merah yang rendah (karena kerusakannya). Anak-anak lebih cenderung mengalami HUS dibandingkan orang dewasa. Beberapa infeksi virus mungkin mengakibatkan kejang infantil jinak. C. Penyebab 1. Virus Virus yang diketahui menyebabkan gastroenteritis meliputi rotavirus, norovirus, adenovirus, dan astrovirus. Rotavirus adalah penyebab gastroenteritis yang paling umum pada anak-anak, dan mengakibatkan tingkat insiden yang serupa baik di negara maju maupun negara berkembang. Virus mengakibatkan sekitar 70% episode diare menular pada kelompok usia anak-anak. Rotavirus lebih jarang menjadi penyebab pada orang dewasa karena kekebalan alami mereka. Norovirus adalah penyebab dari kira-kira 10% kasus pada anak-anak. 2. Bakteri Pada anak-anak, bakteri merupakan penyebab dengan jenis yang paling umum meliputi spesies Escherichia coli, Salmonella,Shigella, dan Campylobacter. Bila makanan terkontaminasi dengan bakteri dan berada pada suhu ruangan selama beberapa jam, bakteri berkembang biak dan meningkatkan risiko infeksi pada orang-orang yang mengonsumsi makanan tersebut. Beberapa makanan yang umum dikaitkan dengan penyakit ini yakni daging mentah atau daging yang kurang matang, ayam, makanan laut, dan telur. Clostridium difficile toksigenik adalah penyebab utama diare yang lebih sering terjadi pada manusia berusia lanjut. Bayi dapat menjadi pembawa bakteri ini namun tidak berlanjut ke arah munculnya gejala. 3. Parasit Beberapa protozoa dapat mengakibatkan gastroenteritis – paling umum adalah Giardia lamblia – tetapi spesies Entamoeba histolytica danCryptosporidium juga terlibat. Sebagai sebuah kelompok, mencakup sekitar 10% kasus pada anak-anak. Giardia lebih umum terjadi di negara berkembang, tapi agen etiologi ini menyebabkan jenis penyakit ini dengan jumlah tertentu hampir di semua tempat. Ini lebih umum terjadi pada orang-orang yang pernah bepergian ke tempat-tempat dengan prevalensi tinggi, anak-anak di penitipan anak, laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, dan dalam keadaan setelah terjadinya bencana. D. Penularan Penularan dapat terjadi melalui konsumsi air yang terkontaminasi, atau ketika sekelompok orang menggunakan benda pribadi mereka bersama-sama. Di wilayah yang memiliki musim hujan dan musim kemarau, kualitas air biasanya memburuk selama musim hujan, dan ini berhubungan dengan saat terjadinya wabah. Di negara-negara dengan beberapa musim, infeksi lebih banyak terjadi pada musim dingin. Pemberian susu untuk bayi menggunakan botol yang tidak disterilisasikan dengan benar adalah penyebab terbesar dalam skala global. Tingkat penularan juga berhubungan dengan kebersihan yang buruk, terutama pada kalangan anak-anak, di perumahan padat, dan pada kelompok yang pernah mengalami gizi buruk. Setelah mengembangkan toleransi terhadap penyakit ini, orang dewasa dapat menjadi pembawa organisme tertentu tanpa menunjukkan tanda atau gejala, dan mereka berperan sebagai reservoir alami dari penularan. Beberapa agen (seperti Shigella) hanya muncul pada primata, sedangkan yang lainnya dapat muncul pada berbagai jenis binatang (seperti Giardia). • Non-infeksi Ada beberapa penyebab non-infeksi peradangan saluran pencernaan. Beberapa penyebab yang lebih umum meliputi obat-obatan, makanan tertentu seperti laktosa (bagi mereka yang tidak bisa mengonsumsi laktosa), dan gluten (bagi mereka dengan penyakit seliak). Penyakit Crohn juga merupakan sumber non-infeksi gastroenteritis (yang seringkali akut). Penyakit yang disebabkan oleh racun juga mungkin terjadi. Beberapa kondisi yang diakibatkan oleh makanan dikaitkan dengan mual, muntah, dan diare termasuk: keracunan ciguatera karena konsumsi ikan pemangsa yang terkontaminasi, scombroid yang diasosiasikan dengan konsumsi jenis ikan tertentu yang telah basi, keracunan tetrodotoksin karena konsumsi antara lain ikan buntal, dan botulisme yang biasanya disebabkan oleh makanan diawetkan secara tidak benar. • Patofisiologi Berdasarkan Patofisiologi, penyebab diare dibagi menjadi : 1. Diare Sekresi : disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan apatogen, hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, ganguan psikis, saraf, udara dingin, alergi. 2. Diare Osmotik : disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein, atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir. Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernapasan Kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi. E. Pencegahan a. Gaya hidup b. Vaksinasi c. Rehidrasi (dilakukan melalui terapi rehidrasi oral) d. Makanan e. Antibiotik : Pada penyakit yang disebabkan oleh spesies Giardia atau Entamoeba histolytica, pengobatan tinidazol lebih disarankan dan lebih baik dibandingkan metronidazol. World Health Organization (WHO) menganjurkan penggunaan antibiotik pada anak kecil yang mengalami diare berdarah dan demam. • Pada hewan lain Gastroenteritis pada kucing dan anjing disebabkan oleh banyak agen yang sama seperti penyebab penyakit pada manusia. Organisme paling umum yaitu: Campylobacter, Clostridium difficile, Clostridium perfringens, dan Salmonella. Beberapa agen lebih spesifik terhadap spesies tertentu. Koronavirus gastroenteritis menular(TGEV) yang terjadi pada babi mengakibatkan muntah, diare dan dehidrasi. Penyakit ini diyakini ditularkan kepada babi oleh burung liar dan tidak ada pengobatan spesifik yang tersedia. Jenis ini tidak menulari manusia. BAB III PENUTUP Kesimpulan  Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung dan usus kecil, sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut.  Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. DAFTAR PUSTAKA  Arif, suprohaita, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculspius  http://id.wikipedia.org/wiki/Gastroenteritis#cite_note-56  http://penyakitmaag.com/radang-lambung-pada-anak.html